Kacamata Muslimah: Tips Menghadapi Quarter Life Crisis

Daftar isi [Tampil]

pict by: community.globaleditorsnetwork.org

Setelah sebelumnya saya sedikit membahas tentang  Quarter Life Crisis (disingkat QLC), pada artikel ini.
Udah baca belom? Baca gih :D

Beberapa waktu yang lalu saya mengikuti seminar online oleh Muslimah Khansa Community (MKC) Lampung. Seminar itu berjudul "Muslimah Dalam Menghadapi Quarter Life Crisis".

Saya pun tertarik untuk mengikuti seminar tersebut, karena pas sekali saya lagi berada di kondisi galau-galaunya pada masalah anak manusia umur 20an.

Banyak hal yang perlu sadari dan benahi, kenapa galau terus pun ngeluh terus. Yuk sini saya ceritakan inti dari seminar tersebut.

Apa itu QLC ?


Sepertinya bagi teman-teman yang hobi membaca buku pengembangan diri, pasti tidak asing dengan namanya QLC bukan? Karena QLC ini sendiri sering disinggung dan dibahas pada buku-buku bertopik pengembangan diri

Katanya QLC itu menakutkan, pembahasan yang berat! Sebenarnya jika kita mengulik dari kaca mata seorang Muslimah (Islam), QLC itu hanya masalah remeh temeh. Eitt tapi yang remeh temeh ini kadang selalu dipusingkan hehe. Ya gak sih?

Ahli-ahli banyak membagi fase tumbuh kembang manusia ke dalam beberapa tipe. Secara umum, ada dua fase yang kita kenal yakni fase remaja dan dewas.

Quarter Life Crisis biasanya menjangkit orang-orang yang berada di fase dewasa. Lebih tepatnya pada saat seseorang beralih dari fase remaja ke fase dewasa. Dari terjemahan secara bahasanya saja "Quarter Life Crisis" memiliki arti krisis seperempat abad, itu artinya terjadi pada seseorang dengan rentang usia 20-an hingga 30-an.

Meski ada yang terjadi lebih awal atau lebih akhir pada orang-orang tertentu. Pasti setiap orang memiliki perbedaan mengenai kapan dia akan menghadapi masalah krisis seperempat abad tersebut. Mari kita bahas lebih dalam tentang arti sebenarnya dari QLC ini. Kok bisa sih menjadi momok banget di kalangan anak-anak muda.

Menurut Fischer (2008) Quarter Life Crisis adalah perasaan khawatir yang hadir atas ketidakpastian kehidupan mendatang seputar relasi, karier, dan kehidupan sosial yang terjadi sekitar usia 20-an. Individu yang di dalam melewati tahapan perkembangannya tidak mampu merespons dengan baik berbagai persoalan yang dihadapi, diprediksi akan mengalami berbagai masalah psikologis, merasa terombang-ambing dalam ketidakpastian dan mengalami krisis emosional atau QLC ini. 

Sederhananya, QLC adalah suatu masa yang dipenuhi oleh ketegangan emosional yang berisi kekhawatiran, ketakutan atau kegelisahan terhadap berbagai masalah, terutama yang menyangkut hidup di masa depan.

Permasalahan yang dipusingkan beragam, seperti studi, pekerjaan, pasangan hidup, kemapanan hidup, dan sebagainya. Bisa juga merasa tidak yakin bisa bertanggung jawab penuh atas diri sendiri, ketika lepas dari orang tua.

Apalagi ketika kita sudah biasa dimanja dengan fasilitas yang ada, terus tiba-tiba setelah studi (lulus sekolah atau kuliah) mesti menghadapi dunia pekerjaan. Yang kata orang dunia pekerjaan adalah sebenar-benarnya hidup di dunia (keras bung).

Padahal kebanyakan kekhawatiran tersebut hanya berputar-putar pada masalah-masalah keduniaan saja yakan?

Mari kita melihat survei dari negeri sekuler yakni negara-negara dari Barat. Istilah QLC ini rupanya berasal dari negara tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Oliver Robinson dari University of Greenwich, London, menyebutkanbahwa ternyata sebanyak 86% milenial mengalami QLC. WOW! Hampir 90 persen bahkan hampir mendekati keseluruhan.

Bapak Oliver Robinson ini menjelaskan bahwa milenial tersebut merasa insecure, kecewa, kesepian, bahkan sampai depresi. Mereka juga merasa berada di bawah tekanan untuk bisa berhasil dalam sebuah hubungan, keuangan, dan pekerjaan mereka sebelum mencapai usia 30.

Meski banyak juga orang-orang di usia 30-an yang baru mengalami QLC ini. Kita tahu sendiri bagaimana gaya hidup dan pola pikir orang-orang Barat, ya kan?

Jadi sebenernya ya wajar aja mereka mengalami QLC, karena mereka tidak menggunakan landasan iman dalam menjalani hidupnya. Tidak ada pedoman hidup yang dipegang, sehingga membuat diri terombang-ambing.

Nanti akan saya bahas mengenai hubungan antara QLC dengan iman. Tapi yang perlu digaris bawahi adalah: Seharusnya sebagai seorang muslim kita harus kritis melihat fenomena ini. Jangan cuma ikut-ikutan tersugesti bahwa orang-orang di usia 20-30an pasti akan mengalami QLC. Ini juga menjadi tamparan keras untuk diri saya sendiri.


Coba teman-teman lihat lingkarang di atas yang berisi kegelisahan pada sebagian orang, lagi-lagi semuanya perihal dunia. Solusi yang diambil juga sifatnya hanya dengan mengandalkan kemampuan diri sendiri yang sesungguhnya serba kekurangan ini.

Jika kita membahas mengenai masa mudanya Nabi dan para sahabatnya, tentu malu sekali. Apalagi ketika kita membaca sejarahnya, duh apalah kita ini yang remah-remahan kerupuk kemplang.

Pada pembahasan seminar MKC saya sungguh merasa tertampar, betapa tidak ketika menilik sejarah para sahabat Rasul yang mulia banyak orang-orang hebat di usia muda.

Seperti :
  • Zaid bin Tsabit yang sejak umur 13 tahun sudah mempunyai keinginan untuk mendaftar jihad bersama Rasulullah, kemudian ketika umurnya yang ke-21 sudah memperoleh tugas tugas yang berat yakni mencatat wahyu.
  • Muhammad al-Qasim, ketika berusia 17 tahun sudah menjadi jenderal perang Bani Umayyah dan menaklukkan India.
  • Muhammad Al-Fatih, siapa yang tak kenal dengan beliau. Di usianya yang muda yakni 22 tahun sudah mampumenaklukkan Konstantinopel

Lah, kita? Pun, Saya di umur 13 tahun masih hobi mandi hujan-hujanan, berenang ke sungai, ngebolang sana-sini. Umur 17 tahun ? Saya apa atuh masih berkutat dengan kehidupan bucin ABG. Ke-21, 22, dst. kita disibukkan dengan memikirkan diri sendiri.

Atau seperti pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
"Kenapa saya ga seberuntung dia?"
"Kok dia cepet banget lulus wisudanya, Kenapa saya lama banget yah?"
"Kenapa saya belum juga dapet jodoh kaya suaminya temen saya?"
"Kenapa pekerjaan saya ga sekeren temen saya itu.."

Berbagai macam tanda tanya yang dipenuhi kekhawatiran yang semu. Kita, termasuk saya apakah pernah mengkhawatirkan saudara-saudara kita yang sedang terkena musibah, tak selesai-selesai berperang. 

Kita yang hobinya rebahan atau malah mungkin Tik-Tok'an, tak pernah memikirkan bagaimana caranya menyumbangkan potensi diri untuk kemaslahatan orang banyak. Sementara Zaid bin Tsabit sejak usia 13 tahun sudah berkeinginan untuk ikut jihad. Meski jihad tak melulu soal perang, kita bisa berkontribusi dengan banyak hal, salah satunya menulis. Menulis hal yang bermanfaat.

Mari kita bahas apa yang harus seorang muslimah lakukan dalam menyikapi QLC ini. 

TIPS MENYIKAPI QLC, DARI KACAMATA SEORANG MUSLIMAH

1. CEK IMAN KITA

Kalau sakit gigi, kita cek ke dokter. Kalau iman yang sakit, kita cek hubungan kita sama Allah. Saya ketika mengalami kemerosotan iman atau dalam artian saya lagi berada di titik kurva paling rendah, dimana sering mudah emosian, sensian, merasa masalah itu bertumpuk terus, dll. itu artinya ada yang salah dengan hubungan saya sama Allah.

Ada kalimat yang saya tangkap dari seminar tersebut mampu menjawab resahnya hati saya,

Kalau kita mengaku sebagai seorang muslim, harusnya kita tau makna "Islam" itu salah satunya adalah "Penyerahan diri yang sebenar-benarnya kepada Allah". Kalau kita belum sampai tahap menyerahkan semua urusan kita kepada Allah, ayo cek tauhid kita!

Kalimat tersebut mestinya mampu menampar kita semua yang resah akan kekhawatiran yang ada. Seorang muslimah yang baik, meski dia menghadapi kebingungan dalam membuat keputusan-keputusan besar dalam hidupnya, atau ketika ia menghadapi masalah, semestinya tak sampai membuat dia jatuh dalam lubang keputus-asaan. Karena dia yakin bahwa Allah pasti memberikan yang terbaik, meski pada kenyataannya hal yang dia hadapi buruk menurutnya. Tapi pasti ini adalah bagian dari rencana Allah yang di belakangnya tersimpan berbagai macam hikmah.

2. TAHU TUJUAN HIDUP

Buat apa sih kita hidup? Apakah hanya mencari kesenangan di dunia yang fana ini? Mencari harta sebanyak-banyaknya? Mencari jodoh yang sempurna? ehm.

Kita kadang galau karena kita terlalu berpikir materialistik. Kita memandang semuanya itu dengan kacamata dunia.. dunia.. dan dunia. Kita lupa bahwa tujuan kita hidup sudah jelas Allah bilang dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56 : untuk beribadah kepada Allah. Ya Allah, banyak banget saya kurangnya :(

Maka, ketika kita merancang rencana hidup pun semestinya ada tujuan penghambaan itu. Apapun yang akan kita lakukan, semestinya tujuan utamanya adalah sebagai bentuk ibadah kepada Allah.

Saya ingat dulu ada yang pernah cerita mengenai kenapa dia selalu bersemangat dan tak terlihat lelah menjalani rutinitas kesehariannya, motto hidupnya yang organisasi yes, prestasi yes, ibadah yes, ternyata memiliki makna bahwa apapun yang kita lakukan semuanya bernilai ibadah. Capek organisasi? Ketika kita merasa hal tersebut merupakan ibadah, rasanya plong ikhlas menjalaninya.

Percaya deh, ketika kita buat suatu rencana dengan dilandasi tujuan tersebut, InsyaAllah akan lebih berkah dan dipermudah. Meski mungkin Allah tidak menakdirkan rencana itu terjadi dengan lancar dan mudah, tapi setidaknya kita sudah berada dalam niat yang benar. Dan sepanjang perjalanannya, kita tetap dapat pahala.

3. BANYAK BERSYUKUR

Syukur. Simple banget katanya, ya? Tapi ternyata sulit diamalkan. Padahal Allah sudah berfirman bahwa kalau kita banyak bersyukur, maka Allah akan menambahkan nikmat untuk kita dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Cuma masalahnya, kita lupa atau bahkan malah merasa gak punya waktu untuk bersyukur karena sibuk. Sibuk membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Padahal tuntunannya jelas dari Rasul : 
“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Muslim no. 2963)

4. MENERIMA KONDISI DIRI

Akui bahwa kita memang punya kekurangan. Bukankah manusia tidak ada yang sempurna? Manusia tempatnya salah, kurang, tak sempurna. Tetapi jangan fokus pada kekurangan itu. Fokuslah pada kelebihan-kelebihan yang kita miliki. Percayalah bahwa inilah kita sebagai bentuk dan wujud terbaik yang Allah ciptakan. Dan segala kelebihan dan kekurangan yang kita miliki pasti ada hikmahnya. Sekali lagi, mari syukuri semua itu. Udah bersyukur belum hari ini?

5. GALI POTENSI DIRI

Kalau kita mau maju, kita harus mengenal siapa diri kita. Lalu kita kembangkan diri kita dengan berbagai macam usaha. Belajar ini, belajar itu. Jangan lelah untuk belajar! Berusahalah menjadi diri kita dengan versi yang paling maksimal yang kita bisa.

6. SIBUKKAN DIRI DENGAN HAL-HAL YANG BAIK DAN BERMANFAAT

Habis selesai urusan yang satu, segera berpindah ke urusan yang lain. Latih diri kita untuk jadi pribadi yang cepat tanggap. Kelilingi diri kita dengan orang-orang yang positif, yang bisa memberikan semangat dan inspirasi. Ini juga menjadi tamparan bagi diri saya pribadi, saya terkadang masih suka lalai, suka nunda-nunda pekerjaan, suka mageran. Sedikir demi sedikit yuk berproses hehe.

7. DIDIK HATI DENGAN SABAR DAN TAWAKKAL

Gimana kita bisa disebut sebagai wanita muslimah yang kuat, kalau ternyata hati kita lemah?
Aku lemah bangetttt :(
Mudah sekali baper, galau, sedih, depresi, dan lain-lain. Padahal ketika kita sedang menghadapi kebingungan dan masalah yang berat, sabar dan tawakkal adalah kuncinya. Kembalikan semuanya ke Allah. Minta petunjuk dan kemudahan untuk melewati kebingungan itu. Sambil kita terus berusaha dengan semaksimal yang kita bisa. Semangatt :)

8. BIJAK BERMEDIA SOSIAL

Media sosial itu seperti pedang bermata dua. Salah menggunakannya, maka bisa berbahaya bagi diri kita. Sudah banyak penelitian yang memaparkan dampak penggunaan media sosial yang tidak bijak terhadap kesehatan mental penggunanya. Konon katanya, Instagram adalah media sosial yg berdampak paling buruk bagi kesehatan mental penggunanya. Tidak ada habisnya kalau kita membanding-bandingkan diri dengan orang lain, pasti ada aja kurangnya di mata kita. Ingat Muslimah yang menilai diri kita itu Allah. Yuklah serahkan semuanya kepada Allah.

Semoga saya dan kamu, kita, bisa bijak ya menggunakan media sosial. Stop scroll feed selebgram yang uhuy atau ahay, cukup gunakan seperlunya. Misalnya cari informasi seputar lomba *eh maksudnya lebih baik kita menambah ilmu dengan postingan-postingan yang bermanfaat.

Sekian tips kecil-kecilan yang dapat saya bagikan. Selamat berproses.

Wallahu a'lam bish-shawaab.
Semoga bermanfaat❤❤
Lebih baru Lebih lama