Tips Menulis Buku Ala Raditya Dika

Daftar isi [Tampil]
Tips Menulis Buku
Tips Menulis Buku


Dulu pas saya duduk di bangku mahasiswa baru (ceilehh), ada seorang kakak tingkat yang mengajak untuk membuat sebuah proyek menulis buku antologi. Grup tersebut terdiri dari tiga orang, kakak tingkat saya, dan satu teman saya. Grup tersebut dinamakan "Grup Kroco."

Entah apa maksud dari kroco yang pasti waktu itu kami sudah punya niat baik. Walaupun niat tersebut tidak terealisasikan, dari grup kroco kemudian menjadi langkah awal saya menulis buku bersama teman-teman.

Hingga di penghujung semester akhir, sekarang sudah berjalan dua proyek menulis buku. Lagi-lagi memang halangan akan selalu ada, godaan "Mager dan Buntu" akan terus menghantui.

Sehubungan dengan hal itu, pada artikel kali ini saya ingin berbagi tulisan dari hasil  tontonan dari video youtube Raditya Dika mengenai Tips Menulis Buku.

Menulis skenario film dengan menulis buku, menurut Raditya Dika keduanya itu adalah sama.

Semua orang pasti mau menulis, tetapi selalu merasakan halangan ketika hendak merealisasikannya. Kata Raditya Dika, banyak orang yang curhat kepadanya mengenai "Mandek Nulis".

"Bang gua udah nulis 50 halaman dan gak tau apa lagi mau diapakan, bosen gitu." Sebut orang yang curhat ke Raditya Dika.


Ketika kamu ingin menulis cerita panjang menurutnya, kita perlu membuat alur terlebih dahulu.


Selengkapnya, akan diulas tips menulis buku di bawah ini.

Tips Menulis Buku Ala Raditya Dika


1. Tentukan Alur Cerita

Jangan sampai ketika kita memperoleh suatu ide tulisan tetapi hanya main tulis-tulis saja tidak tau alurnya. Usahakan tau dulu alur ceritanya mulai dari depan-tengah-belakang.


Alur inilah yang berfungsi sebagai benang-benang ide saat menulis, jadi ketika kita menulis tidak akan menemukan kebuntuan di tengah jalan. Istilahnya itu "Nyambung gitu aja kek jalanan".


2. Jangan Lupakan Sebuah Premis

Lalu, bagaimana agar membuat alur yang bagus, nah maka kamu perlu membuat premisnya terlebih dahulu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), premis adalah sebuah dasar yang dianggap sebagai landasan dari kesimpulan. Intinya simpulannya itu apa, nah itu yang dimaksud dengan premis.


Lalu bagaimana premis menurut Raditya Dika? Menurutnya premis itu adalah rangkuman dari cerita yang ingin ditulis kemudian dirangkum dalam satu kalimat dengan rumus karakter + tujuan + halangan.


Pada cerita Malam Minggu Miko, Raditya menyebutkan premis dari cerita tersebut yaitu "Seorang cowok yang sudah lama jomblo sangat ingin kencan bersama cewek yang dia suka tetapi temannya memberikan saran yang tidak masuk akal."


Dari kalimat tersebut sudah ada unsur karakter, tujuan dan halangan. Kata Raditya Dika, apapun yang ingin kamu tulis entah itu hanya 10 halaman, 60 halaman dan sebagainya perlu ditentukan premisnya apa.


3. Bagi Cerita Menjadi 3 Bagian

Pada bagian ini merupakan uraian dari premis yang sudah dibuat tadi. Sebuah cerita akan dibagi menjadi tiga bagian yaitu karakternya sangat ingin, usaha yang dia lakukan, akhir dari usaha bisa atau tidaknya.


Dari contoh yang sudah disebutkan oleh Raditya Dika bisa kita pecah lagi menjadi tiga bagian berdasarkan tiga dasar tersebut. Bagian pertama, karakter akan menunjukkan keinginannya yang ingin kencan bersama cewek yang ia idamkan.


Bagian kedua, karakter akan melakukan usaha yang telah temannya sarankan. Pada saat inilah konflik akan muncul. Terakhir di bagian ketiga merupakan finishing dari sebuah konflik yakni bisa atau tidaknya hal tersebut ia raih.


Dengan adanya premis kita jadi tahu bahwa cerita tersebut bagus atau tidaknya. “Wajib atau mutlak hukumnya, lu harus bisa nyimpulin cerita dalam satu kalimat.” Premis inilah yang dipecah menjadi tiga bagian.


4. Setiap Karakter Harus Ada Kelemahan

Walaupun itu karakter utama yang sering dianggap paling sempurna, tetap saja berikan sentuhan kelemahan pada karakter di cerita yang kamu buat. Misalnya tentang Malam Minggu Miko dia punya kelemahan yakni takut dengan cewek.


Nah, dari adanya kelemahan di setiap karakter, maka cerita yang kamu buat akan lebih kaya lagi. Jadi, tidak hanya monoton saja. Ouh dia bagus, begini dan begini.


5. Pemberian Nama Karakter yang Umum

Memang setiap penulis punya tipsnya masing-masing, menurut Raditya Dika nama karakter yang bagus itu adalah nama yang umum dipakai oleh orang. Misalnya kamu punya teman, nah pakai saja nama temanmu tersebut yang umum atau kebanyakan dipakai orang.


Lain hal seperti penulis novel seri Bumi, Bulan, Bintang, dan lain sebagainya. Bang Darwis atau Tere Liye, dari beberapa bukunya yang saya baca memang kebanyakan nama yang digunakan cukup unik dan jarang digunakan.


Lagi-lagi setiap penulis bebas memberikan nama pada karakter ceritanya. Hanya saja tips menulis buku ala Raditya Dika, bagusnya menggunakan nama umum saja agar pembaca merasakan bahwa cerita tersebut benar-benar bisa terjadi atau masuk akal.


6. Cara Kita Membuka Cerita atau Kalimat Pertama itu yang Paling Penting

Nah, tips menulis buku yang keenam ini sering luput dari kebanyakan orang termasuk saya. Bahkan pada saat saya menonton video youtube dari Bang Radit, sempat tersenyum menertawakan diri sendiri. “Kok ya benar sih yang diomongin bang Radit.”


Jadi, kebanyakan orang membuka sebuah cerita dengan kalimat yang flat atau datar saja. Kalimat-kalimat yang biasanya menunjukan kondisi awal seperti “Matahari terbit aku terbangun dari tidur yang panjang dengan mimpi yang indah.”


Padahal bagusnya membuka kalimat dari sebuah cerita itu dengan tiga hal yang disebutkan Raditya Dika yaitu mulai dari tengah, mulai dari action, harus membuat penasaran.


Misalnya saja sebuah cerita tentang pembunuhan, “Pintu masih diketuk dan aku belum menyembunyikan mayatnya."


Atau cerita tentang percintaan, bisa dibuka dengan langsung menuju konflik seperti, “Pacarku masih duduk di depanku, dan dia mengulangi pertanyaannya ‘Kamu selingkuh ya?’”


7. Gapapa Tulisan Kamu Jelek di Permulaan

Tips menulis buku yang selanjutnya adalah biasakan menulis jelek pada draft tulisan kamu. Draft pertama yang kita tulis memang selalu jelek, gapapa jangan risau dan galau.

Menurut Raditya tanda-tanda draft yang sudah bagus itu kalau lu ngerjaan draftnya yang lu hapus cuman itu titik dan koma.

“Lebih baik menulis satu halaman tulisan jelek daripada gak sama sekali.” -Raditya Dika. Karena menurutnya satu halaman bisa diperbaiki tetapi jika nol halaman tidak bisa diapa-apakan.


8. Jangan Kasih Tahu, Tapi Kasih Lihat

Ini juga merupakan kesalahan bagi pemula yang ingin mencoba menuliskan suatu cerita ataupun naskah skenario film. Saya juga lebih suka langsung menyebutkan sesuatu ketimbang mendeskripsikannya. Menurut saya cukup menguras pikiran untuk mengolah katanya.


Nah tips menulis buku yang kedelapan ini menurut Raditya Dika penting untuk dilakukan, memang terlihat susah tetapi jika dibiasakan akan menjadi mudah. Seperti menyebutkan sifat dari karakter tokoh di suatu ceritanya. Ketika ingin menjelaskan bahwa Aditya itu playboy, maka jangan serta merta langsung menyebutkannya. Tetapi tunjukkan atau kasih lihat bagaimana playboy tersebut.


“Aditya keluar dari hotel bintang lima dengan menggandeng tiga wanita. Katanya ke salah satu wanita, ‘Gendong aku dong sayang’ sebut Aditya secara manja.” Nah dari dua kalimat ini kita akan mengetahui yang dimaksudkan adalah si Aditya itu playboy.


Memang menulis dengan prinsip “Kasih Lihat” itu sulit, tetapi ketika kamu sudah punya konsepnya maka tak ada yang tak mungkin. Yuk, dicoba.


9. Buat Karya yang Kita Suka

Terakhir, pada pertemuan tersebut Raditya mengungkapkan “Lo tulis apa yang lo suka, kalo cerita lu gak laku ya lu tetap happy.” Intinya dengan menulis apa yang kita suka, walaupun tidak tembus pasar atau tidak best seller kita akan tetap merasa senang telah melakukannya.


Seperti kutipan dari Raditya di nomor 7, satu halaman tulisan jelek lebih baik daripada tidak menulis sama sekali karena satu halaman bisa diperbaiki.


Terima kasih sudah membaca Tips Menulis Buku Ala Raditya Dika. Selamat berkreativitas, semoga bermanfaat.

Lebih baru Lebih lama