Ngomongin Duit: Sejarah sebagai peristiwa abadi, unik dan penting

Daftar isi [Tampil]
Sejarah sebagai peristiwa abadi, unik dan penting



Saya teringat tentang masa kecil saya dulu. Mau tau nggak ceritanya?

Kalo gak mau, yaudah gapapa. Hihihi.

Jadi, begini ceritanya.

Sepasang muda-mudi sedang jatuh cinta, siapa dia? Tepat sekali, mereka adalah bapak dan mamak saya (bagi yang menebak saya, salah besar coy). Seumpama orang yang sedang di mabuk cinta, apa-apa terlihat manis. Bahkan katanya, tahi kucing rasa coklat.

Tak ada cara lain untuk mengikat cintanya dengan jalur pernikahan. Setahun lebih beberapa bulan, lahirlah seorang anak perempuan yang lucu nan menggemaskan di dunia fana ini. Siapa dia? Benar sekali, dia adalah saya.

Saya itu anak yang terlahir dengan kondisi sungsang. Sungsang apaan kak?

Biasanya, bayi yang lahir dengan posisi normal itu yang pertama keluar adalah bagian kepalanya. Nah, jika kebalikan dari posisi normal maka yang terlebih dahulu keluar adalah bagian bawah tubuh si bayi seperti kaki atau bokong, inilah yang dikenal dengan lahir sungsang.

Konon banyak mitos yang beredar mengenai kehebatan bayi sungsang ini. Mitos tersebut berkembang dari mulut ke mulut sedari nenek moyang hingga saya lahir dan mungkin sampai generasi berikutnya.

Anak sungsang katanya jago dalam soal urut-mengurut. Jadilah, saya kaya raya sedari kecil. Hahaha.

Berbekal tangan mungil, saya meraup receh demi receh. Pasien langganan saya adalah nenek saya sendiri. Setiap ada gejala nyeri-nyeri di persendian, nenek selalu meminta saya untuk menjadi tukang urut kepercayaannya.

“Reskia, urut kaki nenek. Nanti dikasih duit lima ribu!” Tukas nenek cantik saya.

Tanpa pikir panjang, layaknya anak kecil yang bahagia dapat uang jajan, saya langsung bergerak memijat kaki nenek.

Satu persatu saya memperoleh testimoni hasil urut yang saya lakukan. Sebagian besar mempercayai hasil urutan saya itu manjur, ajib, dan tentu rasanya uenak tenan. Lebay banget sih. Kebanyakan dari keluarga saya, terutama nenek berkata “Enak udah diurut, rasanya lebih mendingan.”

Peristiwa masa lalu ini terus melekat dengan jelas di ingatan saya.

Benar juga istilah “Sejarah sebagai peristiwa abadi, unik dan penting.”

Cerita masa lalu saya merupakan bagian sejarah dari perjalanan hidup saya yang abadi. Paling tidak, abadi di ingatan saya dan beberapa orang pasien urut tangan mungil saya.

Dikatakan unik, menurut saya cerita itu memiliki kisah yang unik. Lho wong anak sungsang, pinter ngurut yo jelas unik wkwk.

Punya nilai penting. Bisa jadi, hadirnya jasa urut tangan mungil saya tersebut salah satu bentuk relaksasi selepas nenek saya bekerja. Siapa coba yang gak mau mengistirahatkan diri dari penatnya pekerjaan? Ya jelas ini peristiwa penting.

Analisis yang super memaksa. Mungkin begitulah cara sederhana memahami istilah “Sejarah sebagai peristiwa abadi unik dan penting.” Suka-suka gue dong. Eittt, mari simak beberapa paragraf di bawah ini. Dikupas dengan lebih serius.

Ngomongin Sepotong Sejarah dalam Satu Artikel

Bercerita tentang urut-mengurut, beranjak SMP saya seringkali masuk angin sebab hobi berenang di sungai berjam-jam.

Menantang arus sungai itulah hobi saya. Tak lupa pula mencari keberkahan di dalam sungai juga hobi saya seperti mencari kijing ataupun keong sungai. Kijing itu sejenis kerang dengan bentuk yang lonjong berwarna kehitaman khas kerang atau keong sungai air tawar.

Ketika memulai jam 1, pulang-pulang bisa jam 4 sore. Gimana gak masuk angin tuh, lho wong empat jam berendem di sungai.

Ketika malamnya mulailah saya pegal-pegal di sekujur tubuh, terasa nyeri-nyeri di persendian terutama di bagian tengkuk saya. Sudah pasti saya masuk angin!

Orang zaman dahulu menyembuhkannya dengan canduk atau bisa juga dengan di-kerek (dibaca kәrek). Orang luar daerah saya atau umumnya mengenal istilah ini dengan dikerok.

Canduk itu modelnya seperti cawan yang dibantu dengan alat penghisap angin. Jadi, ketika canduk (cawan) menempel ke bagian punggung maka dia akan menyedot angin yang ada di dalamnya serta menarik bagian kulit menjadi gelembung (Macam gunung). Duh susah ngejelasinnya hiks.

Dibanding canduk, saya lebih menyukai yang namanya di-kerek. Nenek juga suka di-kerek. Kadang saya yang ngerokin nenek, kadang pula sebaliknya.

Di-kerek biasanya menggunakan uang logam jenis lama. Saya menyebutnya sen logam gambar nio. Artinya uang koin yang ada gambar kelapanya. Uang koin ini termasuk langka. Ya jelas langka karena uang ini sudah lama berhenti untuk diproduksi/diedarkan ke masyarakat.


uang koin seribu rupiah langka
Gambar koin didapat dari kupang.tribunnews.com, dan diolah kembali oleh Kuskus Pintar

 
Ini gambarnya uang koin 1000 gambar kelapa sawit. Uang koin kelapa sawit yang enak untuk kerokan

Kenapa uang ini begitu nikmat jika digunakan untuk kerokan?

Sebagai seseorang yang dulu sering dikerok pakai koin kelapa sawit ini, saya merasa koin ini mempunya pinggiran yang licin sehingga tidak sakit jika dikerok ke bagian tubuh. Selain, pinggiran yang lebih licin, berat dari koin ini juga pas untuk menekan/mengerok bagian tubuh yang diduga masuk angin.

Dibanding dengan duit 500 perak yang super ringan, jelas sekali saya lebih memilih duit koin kelapa sawit karena pinggiran duit 500 perak biasanya kesat dan membuat kulit terasa digores-gores.

Terlepas dari perbedaan itu semua, jujur saja saya sudah lama tidak kerokan. Katanya kerokan tidak baik untuk kulit karena bisa menyebabkan pecahnya pembuluh darah. Di lain pihak ada pula yang menyebutkan bahwa kerokan bagus untuk terapi kesehatan pereda nyeri otot dan pegal-pegal (Sumber dari situs kesehatan, Alodokter).

Uang Rp 75.000 Hadiah Ulang Tahun Republik Indonesia yang Ke-75

Uang pecahan 75 ribu

Berbicara tentang uang, baru-baru ini Bank Indonesia menerbitkan uang kertas dengan nominal Rp 75.000, tentu tidak bisa digunakan untuk kerokan *ehh.

Memang tidak bisa digunakan untuk kerokan, namun poin penting yang ingin saya katakan bahwa uang dengan pecahan 75 ribu ini merupakan hadiah dari HUT RI yang ke-75. Artinya, uang ini lahir ketika Indonesia sudah 75 tahun merdeka. Sudah barang tentu menjadi kado terindah bagi kita semua.

Sejarah sebagai peristiwa abadi


Bagi saya, penerbitan uang Rp 75.000 pada peringatan HUT RI akan menjadi sejarah sebagai peristiwa abadi, unik dan penting. Dikatakan abadi, ketika peringatan HUT RI bersamaan dengan penerbitan uang 75 ribu diabadikan dalam kata. Salah satunya diabadikan melalui tulisan di blog, kek saya ini lhoo. Ataupun abadi di dalam ingatan.

Jika tahun-tahun sebelumnya uang hasil peringatan hanya bisa dijangkau oleh kalangan kelas atas, maka tahun ini semua rakyat Indonesia bisa bersuka cita dengan menukarkannya.

Dilansir dari Republika, kolektor uang Numismatis B Untoro menyampaikan bahwa uang dengan pecahan Rp 75.000 punya nilai filosofis yang sangat bagus. Berbeda dengan uang peringatan lainnya yang bersifat eksklusif, maka uang Rp 75.000 ini menjadi bentuk perayaan dan rasa syukur yang bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Sejarah sebagai peristiwa unik


Dikatakan unik, uang Rp 75.000 hanya dicetak sebanyak 75 juta lembar yang artinya hanya ada 75 juta orang yang bisa mengoleksi uang tersebut. Jika dicetak tak terbatas, lantas dimanakah uniknya? Bisa-bisa inflasi kita wkwkwk

Selain, dari jumlahnya yang terbatas, uang ini juga dicetak dengan desain yang sangat menarik.

Dalam diskusi online “Asyiknya Belajar Sejarah” pada Jum’at, 28 Agustus 2020, kemarin yang diisi oleh Kang Asep Kambali. Sejarawan Indonesia ini banyak menceritakan keunikan uang Rp 75.000.

Salah satu hal yang menarik adalah angka 75 dicetak lebih besar dari tiga nol di belakangnya.

“Ini yang banyak orang tidak tau, kenapa angka 75 itu besar? Itu adalah bukti menyongsong masa depan. Langkah awal pengenalan.” Ujar Kang Asep.

Kang Asep menjelaskan lebih lanjut bahwa dicetak dengan seperti itu adalah langkah awal untuk pengenalan dari sistem 50 rupiah yang sama dengan 50 ribu, 1 rupiah yang mungkin sama dengan 1000. Inilah kenapa uang Rp 75 ribu dikatakan unik yang akan menjadi sejarah unik kedepannya.

Kira-kira HUT RI yang ke-100, bakal mencetak uang lagi gak ya? Hihihi mari kita berimajinasi.
 

Sejarah sebagai peristiwa penting


Apakah uang Rp 75.000 dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk sejarah yang penting, nantinya di beberapa tahun yang akan datang?

Tentu penerbitan uang ini penting bagi sejarah Indonesia sebagai bentuk rasa syukur atas kemerdekaan yang sudah berumur ke-75 tahun.

Penutup

Terima kasih sudah membaca tulisan saya tentang Ngomongin Duit: Sejarah sebagai peristiwa abadi, unik dan penting. Sebagai penutup, saya mencolek sebuah pepatah “Tak kenal maka tak sayang.”

Jika tak kenal dengan pahlawan, bagaimana mungkin kita bisa sayang dengan negara kita sendiri yang notabene-nya hasil dari perjuangan di masa silam. Cara sederhana mengenali pahlawan, bisa kita lakukan dengan mengenalinya pada pecahan mata uang.

JAS MERAH (Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah)


Ingat selalu, bahwa kita hidup di antara tiga masa. Masa lalu, masa kini, dan masa depan!

Referensi:

https://www.alodokter.com/ketahui-manfaat-dan-risiko-kerokan-dari-sisi-medis
https://republika.co.id/berita/qfnzbr383/ini-dia-sejumlah-fakta-tentang-uang-rp-75-ribu
Lebih baru Lebih lama