Sebuah Cerita: Akhirnya Dapat Dosen Pembimbing Skripsi

Daftar isi [Tampil]
Dosen Pembimbing Skripsi


Pada Hari Senin tanggal 19 Oktober 2020, menjadi hari yang bersejarah bagi seorang anak manusia bernama Reskia Ekasari. Pasalnya, pada hari itu Surat Keterangan Dosen Pembimbing Skripsi dirinya keluar.

Rasa haru mengucur deras di dadanya.

Setelah melewati berbagai drama, akhirnya Reskia bertemu dengan kedua dosen pembimbingnya. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Tak ada petir tak ada hujan, kabar bahagia yang ia tunggu-tunggu akhirnya terjadi.

Berbagai proses telah ia lalui, mulai dari mata kuliah metode penelitian hingga pengajuan SK Pembimbing.

Mari kita mundur ke belakang untuk melihat proses yang ia lalui tersebut.


Semester 5 Masa-masa Kelam Dimulai

Semester ini adalah awal dari negara api menyerang. Betapa tidak, mahasiswi yang kerap disapa Reski ini kelabakan mengatur agenda yang ia punya. Setelah jatuh di semester 3, ia panen nilai C maka di semester berikutnya ia tidak ingin masuk ke lubang yang sama.

Semester 4 bisa dibilang sebagai semester yang paling membahagiakan bagi dirinya. Nilai IPK aman bahkan hampir mendekati full A. Lalu, bagaimana dengan semester 5? Apakah akan seadem semester 4?

Tidak semudah itu sobat, di semester 5 ia dihantui dengan mata kuliah tripple kill. Kira-kira begitu julukan bagi ketiga mata kuliah yang bertemu secara bersamaan dalam satu semester. Mata kuliah tersebut antara lain adalah Metode Penelitian, Seminar Akuntansi, dan Akuntansi Keuangan Lanjutan 1.

Ketiga mata kuliah ini menjadi momok yang menakutkan bagi dirinya.Ya walaupun ada satu dari tiga tersebut yang masih bisa dikatakan santuy.

Sebelum akhirnya mendapatkan dosen pembimbing skripsi, Reski harus melewati mata kuliah Metode Penelitian terlebih dahulu. Metode Penelitian mengharuskan ia untuk membuat sebuah proposal skripsi mulai dari BAB 1 hingga BAB 3 Metode Penelitian.

Kalau tinggal ketik-mengetik, tentu sangatlah mudah. Namun, tantangan dimulai ketika dosen di mata kuliah metode penelitian meminta untuk dimasukkan 10 artikel ilmiah nasional dan 10 artikel ilmiah internasional.

"Ah mudah, kan dulu sering ikut lomba menulis karya ilmiah!" Sebut hati untuk mengademkan diri.

Tetapi, nyatanya saat mencari topik penelitian tidak semudah untuk ikut lomba menulis. Benar kata seniornya, bahwa penulisan skripsi berbeda dengan penulisan pada karya ilmiah yang sering dilombakan.

Perlahan si Reski mulai mengumpulkan artikel ilmiah tersebut, kemudian di-review satu per satu.

Dia sudah kepalang jatuh cinta dengan metode kualitatif, akhirnya ia mengambil topik dengan metode tersebut. Sedikit informasi, metode kualitatif itu digunakan pada metode penelitian yang analisisnya bersifat non-angka. Ciri khas metode ini adalah hasil pembahasan dilakukan dengan menjabarkan atau mendeskripsikan fenomena atau topik yang diteliti.

Bab 1 hingga Bab 2 pun selesai. Proposal dengan metode kualitatif berhasil Reski kumpulkan kepada sang dosen. Kabar baiknya, proposal tersebut tidak banyak koreksian.

Hari berganti hari, dosen pertama yang mengajar di kelas metode penelitian pun berganti. Proposal penelitiannya pun ikut berganti! Lho, kok bisa ?

Jadi, begini ceritanya...

Pada siang hari yang cerah di ruang kelas, seorang dosen tengah menerangkan rules selama beberapa bulan ke depan. Sebelumnya, Reski dan kawan-kawan telah mengumpulkan proposal penelitian di atas meja yang berada tepat di hadapan sang dosen.

"Skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai." Begitu terang sang dosen yang hingga kini masih melekat di pikirannya.


Singkat cerita, beliau kemudian memberikan kritik pada masing-masing tulisan yang ada di hadapannya. Satu, dua, tiga bagus. Kemudian, terhenti pada salah satu proposal. Persisnya tidak tahu itu milik siapa, tetapi pada intinya sang dosen tidak suka dengan penelitian yang hanya menggunakan satu tempat sebagai penelitian. Terlebih lagi penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif. Katanya, cara itu sangat mudah!

Hemm, padahal jika beliau telaah lebih lanjut metode kualitatif dengan fokus satu tempat juga susah. Hati Reski berguncang, pikirnya "Apa jangan-jangan itu punyaku yah?" Ia tidak bisa memastikan itu punya siapa, yang jelas cover proposal skripsi tersebut sama semua.

Kemudian, di akhir untuk menutup penjabaran rules sang dosen menekankan, "Kalau mau mendapatkan nilai A kalian harus meneliti dengan objek penelitian lebih dari satu tempat. Kalau kayak begini ya mentok di nilai B," sebutnya.

Merasa tertantang sekaligus kecewa, akhirnya Reskia bertekad untuk mengganti proposal skripsinya!

Tak tanggung-tanggung, variabel penelitian yang ia gunakan ada tiga dan objek penelitian berada pada 5 tempat.

Proposal dengan 3 bab tersebut akhirnya selesai, walaupun pada akhirnya ia tak menggapai nilai A seperti janji sang dosen. Karena sudah kepalang nyebur di metode kuantitatif, ia tetap melanjutkannya hingga di semester 7. Berdamai dengan diri sendiri adalah pilihan terbaik. Ekspektasi boleh jauh dari realita, tetapi bersyukur harus tetap dilakukan.

Akhirnya Dapat Dosen Pembimbing Skripsi

Dosen Pembimbing Skripsi


Detik-detik masuk ke semester 7, banyak teman-temannya yang menghitung mundur.

"Tujuh hari menuju semester tua." Begitu terang temannya di dalam sebuah pesan singkat.


Tidak terasa, sudah genap tiga tahun perjalanan kuliah sudah ia lewati. Kini ia benar-benar resmi menjadi mahasiswa tingkat akhir.

Pada saat pengambilan mata kuliah skripsi, Reski masih terlihat santai belum ada rasa gregetan khas anak semester akhir yang dilanda galau dan dilema berkepanjangan.

Kala itu, ia takjub sudah ada temannya yang mengambil start terlebih dahulu dengan melengkapi berkas-berkas pengajuan SK Pembimbing. Mulai ramai yang mengajukan berkas-berkas pelengkap, ia hanya santai melihat chat-chat tersebut bertebaran di grup WhatsApp angkatannya.

Bukan tanpa alasan, ia merasa santai karena masih mengulang mata kuliah di semester 7. Nasibnya yang kurang baik ini dikarenakan pernah jatuh di semester 3 dan semester 5, beruntung semuanya berada di semester ganjil sehingga bisa diperbaiki di semester ganjil pula.

Rasa santuy yang ia miliki perlahan pudar, tentu ia ingin lulus tepat waktu. Dua minggu berselang dari ramainya permintaan pengajuan SK Pembimbing, ia mulai berangsur mengumpulkan berkas-berkas yang dibutuhkan. Drama kembali dimulai.

JANGAN DIMASUKKAN KE DALAM ZIP

Baiklah ini drama pertama yang ia temui. Sayangnya, di jurusan tercintanya itu tidak ada prosedur pengajuan proposal skripsi. Bertanya pada senior, banyak diantaranya telah lupa. Kalaupun ada yang maish ingat, jawabannya juga berbeda-beda.

Drama pertama adalah jangan dimasukkan ke dalam folder berbentuk zip. Padahal niat si Reskia ini baik, agar tidak di-download satu per satu. Dengan dimasukkan ke dalam folder zip, bisa sekali klik download saja. Tetapi, nyatanya tidak boleh seperti itu.

BERKAS KAMU KURANG

Sebagai seseorang yang memiliki karakter melankolis, tentu orang-orang seperti ini dipandang sebagai orang yang perfeksionis. Ia sudah melengkapi persyaratan sesuai yang tertera di list berkas yang dibutuhkan. Bahkan dilihatnya secara detail, jangan sampai ada yang kurang. Anehnya, berkas tersebut masih ada yang kurang. Seharusnya daftar list yang diberikan dari bapak/ibu admin jurusan tersebut diperbaiki, lebih tepatnya di-update agar tak ada lagi mahasiswa yang mengirimkan ulang karena berkas pengajuannya kurang. Padahal sudah mengikuti apa yang tertulis di sana ya kan? Salah siapa dong ehehe.

FILE TIDAK BISA DI DOWNLOAD KARENA VIRUSAN

Akhirnya Dapat Dosen Pembimbing Skripsi
Puncak drama sebelum akhirnya dapat dosen pembimbing skrips yakni drama file virusan. Padahal, dari beberapa kali pengajuan aman-aman saja. Namun, memang pada pengajuan ketiga ini file tersebut lama sekali mengendap di email kerajaan jurusannya.

"Tak hanya bumi yang dilanda virus corona, file pengajuan skripsi juga ikut tertular virus corona." Begitulah kira-kira lawakan dari temannya yang melihat komentar dari admin jurusan terkait file pengajuan punya Reskia.

Setelah melewati berminggu-minggu drama, satu minggu setelah pengiriman berkas pengajuan kembali, akhirnya ia bisa bertemu dengan dambaan hati. Siapa lagi kalau bukan dosen pembimbing skripsi. Seperti orang yang tengah dimabuk asmara, ia langsung menghubungi kedua dosen pembimbingnya. Tanggapan baik pun ia peroleh. Alhamdulillah.

Di masa pandemi ini memang butuh kesabaran seperti cerita di atas. Menikmati proses adalah kunci kesuksesan. Selalu ingat potongan makna dari Surah Al-Baqarah ayat 286, bahwa Allah tidak membebani hamba-Nya melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. - QS. Al-Insyirah: 5


Lebih baru Lebih lama