
Kompilasi Puisi 2019 (Pernah Bucin)
Jangan ditanya lah ya, kenapa kalau lagi masa-masa begini orang-orang bisa dengan mudahnya menjadi puitis. Sayang aja dulu enggak dibuatin jadi satu buku, nanggung. Lima puluh karya aja belum sampe. Belum lagi puisi ini masih acak-acakan. Ditulis semaunya, but ini tetap karya yang indah.
Selamat membaca, serpihan kata yang random ini 😅
Puisi Tanpa Judul #1
Aku benci rasa yang tak terdefenisi,
Tiba-tiba hadir,
Sangat mudah terpapar rasa,
Kemudian terbelenggu di dalam pikiran,
Semoga kamu tak tau rasa ini,
Aku takut jikalau terbongkar,
Kalau-kalau dirimu tak lagi menyapa,
Berusaha berhenti lalu menghilang,
Sulit mengusir setiap bayang-bayang yang muncul,
Bak hantu yang bergentayangan itulah kamu,
Aku berusaha menepis ingatan tentangmu,
Semakin ku singkirkan semakin ia menjadi,
Dirimu seolah-olah bersikap santai,
Seperti tak ada yang terjadi,
Mungkin aku yang terlalu rapuh,
Rapuh dengan setiap rasa yang hadir,
Akhir-akhir ini semua tulisanku serasa mati,
Mati rasa,
Mati untuk menikmati kebebasan,
Tulisan yang hadirpun menjelma tentangmu,
Bersayap putih lalu berkuda emas dirimu menyapaku,
Oh tidak kataku, ini pertanda buruk ketika kau berusaha menyapa,
Tidak mungkin jikalau aku bersikap acuh tak acuh bukan?
Lalu siapakah yang salah?
Aku yang menyambutmu atau kamu yang menyapaku?
Diam sejenak bersama pikiran dan perasaan,
Menelaah setiap bait kata yang muncul pada ketikan kali ini.
Jangan-jangan aku sedang.....?
Ah coba tebak sendiri!
Tentangmu selalu saja menarik perhatianku,
Hei kalau kamu tau disini aku diam-diam memantaumu,
Jika dilirik, siapalah aku ini,
Kamu adalah bintang laut yang memesona,
Sedangkan aku butiran pasir di laut yang tak berharga,
Andai aku dengan mudahnya berkata sudahi cerita ini, maka takkan ada hariku yang gelisah karna bayangmu,
Kamu hadir memecah heningku,
Di bawah sinar lampu semu meremang-remang,
Aku katakan cukuplah diam menikmati renyah puisimu,
Iya kali ini aku menemukan sisi manismu, bersamaan puisi yang kadang menggetarkan emosi,
Dan kadang menari di atas tawa.
Aku dan puisiku, beralibi bukan tentangmu.
Penghujung Mei 2019
Tertanda Aku
🙃🙃
Ini puisi apa cerita sih, jadi bingung wkwk
Moon maap yg nulis lagi emosi😁
Baca juga: Menemukan Kata Berima Sama Secara Utuh
Ini Tentang Apa?
Kita bergerak pada arah kutub yang berbeda,
Tidak pernah bertemu pada titik tentu,
Aku berjalan, kau berlari
Aku terjatuh, kau tertawa
Tak apa aku kuat,
Aku tak pandai menuliskan ini
Tapi, aku ingin
Rupanya aku teringat puisi kakek Sapardi, berjudul "Aku Ingin"
Tak apa, jika berkeinginan maka lakukan
Iya, aku ingin menuliskan ini
Puisi yang menjelma sajak
Sajak yang menjelma dongeng
Jadi, dengarkan dongengku kali ini
Buku-buku usang menjadi saksi bisu
Debu-debu karpet melengkapi itu
Kau tampak serius di pojokan ruang
Aku tampak main-main di pertengahan ruang
Hening menatapmu kala itu,
Lalu, kata tersusun membentuk kalimat
Kau bertanya
Aku jawab
Biasa, hanya basi-basi sesama pengunjung
Esok, kau datang lagi dengan perut lapar
Membawa buku-buku fiksi yang sepertinya ingin kau makan
Aku berjalan melewatimu
Lusa, ntah angin mana yang bertiup memberi kabar
Berisikan kata-kata bahwa kau ingin berlayar
Hanya pergi sebentar untuk mengisi energi otakmu
Lalu, kau pulang
Lama tak terdengar kabar
Aku acuh tentang kehadiranmu
Sekian purnama telah terlewati
Waktu begitu cepat
Belum sempat aku berucap A
Kau telah menamatkan huruf Z
Kau, pergi
Jadi, kali ini aku sedang apa?
Dan ini tentang apa?
Awal Juni 2019
Di sudut ruangan itu
Di sudut ruangan itu mereka tinggal berdua, aku dan bayanganku.
Bertiga dengan kucingku.
Berempat dengan buku.
Berlima dengan sang waktu.
Berenam dengan kamu, di kepalaku.
re, Juli 2019
Suatu Ketika
Suatu ketika di hari rabu
Kau datang ke rumahku sekedar bertamu
Berbincang bersama ayah dan ibu
Ku buka pintu
Dengan senyum malu-malu
Suatu ketika di hari sabtu
Kau datang lagi untuk merayu ibu
Berbincang ria soal aku
Dan pada ayahku kau meminta restu
Terkejut aku di belakang pintu
Suatu ketika di hari minggu
Kau datang lagi dengan kue bolu
Bukan kue bolu harga seribu
Kue bolu hantaran untuk melamarku
Tersenyum aku di depan pintu
re, Juli 2019
Ya, begitulah kompilasi puisi 2019 yang pernah tertulis di blog ini. Kemudian, saya rangkum karena panjangnya hanya seuprit-uprit wkwk
Salam manis, Kuskus Pintar