Dilema Mahasiswa Semester Akhir

Daftar isi [Tampil]
Dilema Mahasiswa Semester Akhir



Di tengah pandemi ini semua hal bergejolak, termasuk perasaanku (apaaan sehh ini).

Judulnya cukup memikat hati, khususnya untuk dibaca bagi sobat yang sedang berada di akhir cerita drama perkuliahan. Saya sendiri sedang berada pada masa-masa api mulai bergejolak. Rasanya tuh...yang pasti bukan rasa Odading Mang Oleh.

Rasanya itu hanya bisa dirasakan bagi kamu yang duduk di semester akhir.

Dulu saat saya masih berada di semester muda (pernah muda), kalau lihat kakak tingkat yang ngeluh susah dan ribet, dalam hati saya berkata "Ah masa sih ribet banget ngurus skripsi? Paling ngetik-ngetik aja selesai"

Ternyata gaes, kalau sudah menginjakkan kaki di garis semester akhir, rasanya tuh dahsyat sekali. Lebay. Eh serius lho.


Di saat-saat seperti inilah kita harus mandiri. Kita meleng dikit aja, udah ketinggalan coy. Orang-orang berasa berlomba-lomba untuk segera menuntaskannya, kalau kita hanya diam melihat teman-teman kita ya udah siap-siap saja dikirim undangan yudisium atau wisuda.

Dilema mahasiswa semester akhir ini baru kerasa saat saya benar-benar masuk ke semester tua ini. Awalnya pas pengisian KRS (Kartu Rencana Studi), saya biasa-biasa saja. "Oh udah beneran bisa ngambil skripsi," mikirnya ya gitu aja. Sambil saya skrinsut terus saya buat snap di WhatsApp. Ala-ala anak jaman now.


Salahnya saya pas di awal merasa santai karena saya masih mau mengulang mata kuliah. Jadi, dulu ceritanya pernah dapet tiga nilai C. Saya ulangi lagi TIGA NILAI CE. Dapet piring gak kak?

Saya tahu hasil berbanding lurus dengan usaha, saya merasa salah karena dulu kurang bisa mengimbangi antara kuliah, organisasi, dan lomba. Pernah dalam satu bulan saya lomba berturut-turut dalam satu minggu, enak kalo menang semua ini mah enggak :v

Balik lagi sih, tidak ada penyesalan yang lahir di awal. Penyesalan hanya lahir di akhir. Ambil positifnya saja, Alhamdulillah bisa menikmati kuliah di kampus orang lain, bisa jajan di kantin kampusnya orang lain, cuci mata jalan-jalan di daerah orang lain, dan tentu segudang pengalaman yang tidak mungkin saya dapatkan jika duduk mantap di kelas.


Sebagai mahasiswa tua yang baik, saya berpesan kepada kamu yang masih muda. Memang pelajaran di kelas bisa kita pelajari di rumah, memang IPK tidak menjamin kesuksesan, dan segala hal itu memang tidak ada yang pasti. Tetapi, orang tuamu taunya kamu kuliah yang baik, mereka telah berjuang untuk membiayaimu, jangan berleha-leha hingga membuatmu terlena.


Waktu tak bisa diulang, maka maksimalkan kesempatan yang diberikan. 


Pengantar yang cukup panjang, udah terasa belum dilema mahasiswa semester akhir di cerita saya yang di atas ? Atau belum teraso iwaknyo ?

Berikut ini saya rangkum dilema mahasiswa semester akhir yang saya amati dari senior-senior terdahulu, perasaan yang kini juga saya rasakan, cuitan status di medsos ataupun bacaan ringan artikel tetangga. Sudah saya kemas dengan gaya bahasanya Kuskus Pintar eaaa.


Dilema Mahasiswa Semester Akhir



1. Galau dalam Mengerjakan Skripsi

Ini yang tengah saya rasakan, galau mengerjakan skripsi. Apalagi ditambah dengan struktur pengajuan skripsi yang ribet membuat galau semakin membara.


Walaupun demikian, setidaknya sisakan ruang untuk menghirup udara bebas. Jangan sampai kamu galau-galau di kosan sendirian atau mengurung diri di kamar. Heuh, jangan ya 😀


Saran saya bagi kamu yang sebentar lagi memasuki dunia perskripsian, di saat libur jangan terlena dengan hari libur. Sempatkanlah di waktu libur untuk menyicil bahan skripsi. Jangan menunggu waktu semester tua baru menyiapkan, kayak saya sungguh sangat menyesal. Sekarang lagi pusing deh sama turnitin, sebuah alat yang mengukur tingkat plagiat di tulisan kita.


Kalo di kampus saya maksimal 15% tingkat plagiatismenya. Bayangin deh saya sudah menurunkan ini sejak semester 5, pas masa metode penelitian. Dari 60% ke 50%, kemudian 40% hingga sekarang masih mentok di 21%. Doakan saya semoga segera tuntas.


2. Ingin Lulus Cepat Plus Cumlaude

Ini sih gue banget. Di saat skripsi, dilema mahasiswa semester akhir yang kerap ikut menghantui adalah lulus cepat, lulus dengan pujian (cumlaude), dan lulus tepat waktu.


Dulu saya pernah menginjakkan kaki di nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) cumload. Kalau di kampus saya, IPK yang dikatakan Cumlaude itu adalah nilai IPK-nya yang di atas 3.50. Sayang hanya bertahan di semeter 2, setelah itu IPK saya anjlok. Saya berusaha kuat menerima semuanya. Bagi saya lulusbtepat waktu dengan predikat pujian adalah kado terindah semasa kuliah yang bisa saya berikan kepada kedua orang tua saya.


Dalam upaya memperbaiki nilai masa lalu, saya dideru rasa dilema sebagai mahasiswa tingkat akhir. Dilema antara mengulang mata kuliah dan skripsi. Itupun kalau bisa sambil magang🤣.


Mau tau rasa dilema mahasiswa semeter akhir ? Cobain dulu deh hihi.


3. Masuk Bareng, Pengennya Lulus Bareng Juga


Sunggu bahagia rasanya ketika masuk kuliah bareng dan lulusnya bareng. Sayangnya untuk di kampus PTN atau PTS hal tersebut agaknya mustahil terjadi. Kalau masuk bareng iya itu sangat mungkin, namun untuk lulus bareng rasanya tidak memungkinkan.


Dilema yang satu ini kerap muncul di semeter akhir. Kadang sedih rasanya melihat teman-teman sudah duluan menyelesaikan skripsi, kemudian wisuda. Tapi, kalau mau nungguin temen biar wisuda bareng, ya silakan saja. Saya akui pertemanan kalian sangat kokoh bro. Kalau mau wisuda duluan ? Ya silakan itu hak kamu sob.


4. Mau Kerja di Mana ?

Pernah terlintas pikiran, "Mau kerja dj mana ?" Pasti pernahkan ? Jujur aja deh.


Saya juga begitu, anehnya dulu sewaktu masih imut (semester muda) belum memikirkan hal demikian. Sedangkan sekarang di masa ujung tanduk, seakan pikiran ini diselimuti dilema akan masa depan.


Pernah saya ragu, apakah mungkin nanti saya akan kerja sesuai dengan jurusan saya yang sekarang Akuntansi.

"Beneran kamu nantinya jadi Akuntan?"


Atau malah saya pernah berpikir, "Jangan-jangan saya jadi penulis lepas aja deh."


Saya sering merasa nyaman dengan hobi saya, kan pekerjaan yang paling nikmat adalah hobi yang dibayar hehe.


Tapi, gabungan dari keduanya boleh juga deh. Intinya memang kalau di semester akhir, dilema seperti ini akan sangat sering muncul.


5. S2 atau Menikah

Plis kalau baca poin yang ini jangan ngira saya ngebet pengen nikah. Tidak benar, jika saya tidak ingin menikah. Semua orang ingin menggenapkan separuh hatinya kok, termasuk saya.

Dilema mahasiswa semester akhir yang kelima ini persis kayak iklan yang dulu-dulu pernah muncul. Mau S2 dulu atau nikah ? Hem, dilema yang berkepanjangan sekali.

Beberapa teman saya ada yang sudah berencana setelah kuliah S1 lanjut ke S2. Ada pula yang ingin menikah dulu baru S2.

Kalau saya ? Bebas deh, jodoh yang manapun boleh saja. Jodoh dalam artian teman hidup, atau jodoh dalam memperoleh rejeki untuk S2.


6. Aku Capek Mau Nikah Aja (Eh Busettt)


Nah, ini udah level akut dilema mahasiswa semester akhir.


Galau skripsi nggak kelar-kelar, dosen pembimbing susah untuk ditemui, teman-teman sudah mendahului, lah kamu masih menyudut di tepi ruangan bertarung dengan skripsi. Ya, tapi bukan berarti dengan menikah skripsi kamu bakal cepat kelar. Enggak cuy! Masalah A tidak akan selesai jika menambah Masalah B.

Bukan dikira menikah itu enak-enak doang, tidak sobatku. Menikah ada juga yang namanya duka bersama. Duka yang dilalui bersama-sama. Belum lagi kalau menikah itu perlu proses adaptasi dengan karakter pasangan. Belum lagi berbagi tugas di rumah, siapa yang mau bersihin rumah, siapa yang mau masak, siapa yang kerja. Siapa coba ? Semuanya baik istri dan suami bertanggung jawab atas harmonisasi di rumah. 

Belum lagi kalau sudah punya anak. Ya begitulah, mungkin kamu sudah paham maksud saya.

Sekian artikel mengenai dilema mahasiswa semester akhir. Semoga enggak dilema lagi ya.
Lebih baru Lebih lama