Tiga Menit, Cerita Tentang Maya

Daftar isi [Tampil]
Maya yang di tengah :v

Namanya Maya Sari Syama Yanti, kerap disapa Maya. Persis nama saya, kami punya nama pelengkap yakni Sari. Nama Sari ini, kemarin pernah saya ceritakan disini tentang Marga Sari.

Entah kenapa saya merasa satu frekuensi dengan Maya. Apakah karena kami memiliki nama pelengkap yang sama? Hem, mungkin tidak.

Pertama kali saya berkenalan dengan Maya melalui media sosial yakni Facebook. Ada gunanya juga FB ini hehe. Saya lupa bagaimana persisnya akun facebook saya dan Maya ini bertemu. Seingat saya kami bertemu melalui sebuah grup Facebook SNMPTN/SBMPTN/UMPTN Unsri. Salah seorang yang mengaku jurusan Akuntansi sedang bertanya di grup tersebut. Saya yang merasa terpanggilkan ikut nimbrung di bawah kolom komentar pertanyaan tersebut.

Ada saya, Maya, Aisyah, dan beberapa orang yang saya tidak ingat. Aisyah ini berteman dengan Maya, lumayan kenal saya juga serta kami satu atap organisasi. Intinya kami masih satu lingkaran. 

Ada kejadian lucu waktu itu. Ternyata ada yang nimbrung di kolom komentar dan bertanya, “Ada grup Akuntansi enggak ya, saya belum gabung,” sebut seseorang itu. Maya yang kadar baiknya kebangetan, langsung mengundang seseorang itu untuk bergabung ke grup. Usut punya usut ternyata seseorang itu merupakan kakak tingkat kami dari Jurusan Manajemen. Iseng sekali, ternyata itu merupakan cara kakak tingkat saya membangun kedekatan dengan adik tingkat. Mohon dimaklumkan ya, setahun kemudian kakak tingkat saya menjadi Gubernur Mahasiswa. Padahal kalau mengingat momen itu, saya dan Maya hanya bisa tertawa haha

Beberapa bulan kemudian setelah perjumpaan kami melalui jejaring sosial, akhirnya kami bisa bertemu secara via tatap muka di acara Pengenalan Kehidupan Kampus (PK2).

Sebenarnya kami sudah merencanakan ingin bertemu sebelum PK2. Waktu itu perlengkapan untuk PK2 saya masih kurang yakni pita merah eh kuning deh rasanya. Maya kelebihan. Ingin bertemu, entahlah tidak sempat.

Saat pelaksanaan PK2 di antara 8 ribu mahasiswa baru, saya kebingungan. Untung ada papan tulisan yang bertuliskan FE. Langsung saya buru-buru menghampiri dan ikut berbaris. Momen berbaris inilah saya mencari yang namanya Maya. Orang di samping saya mengajak kenalan, “Bla bla bla…..” intinya kenalanlah gak perlu saya tulis hehe

Saya sempat bertanya, “Kenal Maya enggak?” Tak ada yang tahu.

Oiya, ada salah satu orang yang menyapa saya, “Kamu Reskia ya? Itu Maya di Depan. Udah dapat pitanya?” Tanya dan papar seseorang itu. Saya cukup lega setidaknya batang hidung Maya sudah ada di lapangan ini.

Waktu itu perencanaan Meet up perdana kami lakukan dengan ada Saya seorang, Meki, dan Maya. Saya lupa di lapangan ketemu dengan Maya atau tidak. Nah teman saya Meki ini, saya jumpai menjelang sore saat pembagian baju fakultas untuk PK2 hari kedua.

Saya masih merasa kurang akrab dengan beberapa orang, alhasil saya masih sering ngepet eh mepet sama teman satu SMA saya dulu. Beberapa bulan di awal kuliah, saya belum mengenal Maya. Berasa nulis biografi Maya wkwk

Hingga ada salah satu kesempatan dimana saya dapat mengenal akrab seorang Maya. Waktu itu libur Semester 1, saya di rumah saja. Beberapa teman saya mungkin liburan akhir tahun. Salah satu pesan dari seorang kakak tingkat di grup Ukhuwah (LDF) menantang saya untuk bergerak. Isi pesannya adalah ajakan untuk ikut lomba keilmiahan tingkat regional Sumbagsel. Saya langsung mengirimkan pesan ke kakak tingkat tersebut, kemudian menyatakan keinginan saya untuk ikut serta.

Kata kakaknya, “Coba cari anggota tim, kalau belum punya nanti kakak yang carikan.”

Saya tak ingin membuang waktu lebih lama, saya kemudian berpikir siapa yang bisa saya ajak untuk berkompetisi. Saya bingung. Serasa sedang mencari jodoh *eh.

Tiga hari kemudian, beberapa orang di grup sudah membuat daftar list peserta yang ingin ikut lomba. Sudah ada dari cabang lomba Olimpiade Ekonomi Islam dan Debat Ekonomi Islam. Sedangkan Bussines Plan dan Karya Tulis Ilmiah belum ada. Saya lebih tertarik KTI, tapi hingga hari itu saya belum tahu dengan siapa saya akan berjuangnya.

Saat saya menggulir isi grup tersebut, tiba-tiba terlintas satu nama yakni Maya. “Kayaknya ajak Maya aja deh,” dan akhirnya saya mengajak Maya.

Sekarang sudah ada dua orang dalam satu tim, tinggal satu orang lagi.

Pertemuan dengan partner tim saya yang ketiga ini cukup lucu. Lagi-lagi FB mempertemukan saya dengan orang-orang hebat. Namanya Rian. Saya lupa bagaimana isi percakapan di kolom komentar tersebut, intinya di sana ada saya dan Maya serta Aisyah. Rian nyeplos ingin ikut lomba KTI tapi belum ada partner tim. Maya dengan sigap mengajak Rian.

Mungkin perjuangan saya bersama dua orang ini akan saya tulis terpisah karena berhubung tulisan ini hanya bercerita tentang Maya. Oiya kalau mau baca tentang kami, boleh baca disini. Sudah Maya tulis terlebih dahulu di blognya, telat saya hehe

Maya ini orangnya sabar sekali, rasanya cukup aneh bisa satu tim dengan saya yang serba mau ngegas. Maunya tancap poll terus. Tapi, kalo gak ada saya mungkin gak ada tuh yang kejar-kejaran setor bagian nulis haha

Waktu itu kami pernah presentasi lomba di UIN Raden Intan Lampung dengan waktu 10 menit, jatah masing-masing untuk ngomong itu tiga menit. Rian duluan yang mempresentasikan karya, habis lima atau tujuh menit saya lupa hehe. Yang jelasnya udah kelewatan dari jatah masing-masing. Saya sudah hampir kesal dengan Rian, berhubung di hadapan juri saya tetap tersenyum ramah. Mau ketawa saya mengingat momen ini.

Saya dan Maya kebagian menit-menit akhir. Selesai dari lomba saya masih menyimpan kesal. Kesal sekali. Maya waktu itu hanya ngomong, “Yaudahlah ki yang penting selesai.”

Sabar banget yakan orangnya? Saya hampir geleng-geleng tidak percaya. Kesabaran Maya saya ketahui ini merupakan turunan dari sifat ibunya. Saya pernah menginap di rumah Maya karena keberangkatan lomba ke Surabaya mengambil jam pagi. Ibunya sungguh ramah, lembut serta sabar. Semuanya tergambarkan dari cara bertutur ibunya serta raut wajahnya.

Entah kenapa saya memang sering merasa dapat mengenali karakter seseorang dengan cara melihat wajahnya dan menyimak orang tersebut berbicara.

Maya juga pejuang tangguh. Saya heran ada aja orang yang kayak Maya yang mau Pergi Pulang (PP) dari Banyuasin ke Indralaya. Habis di jalan sekitar satu jam setengah hanya untuk menimba ilmu. Itupun belum kalau macetnya Palembang, mungkin Maya akan habis 2 jaman untuk Pulang ke rumah.

Jadi, kampus utama kami itu terletak di Indralaya. Bukan kampus yang di ibu kota Palembangnya. Banyak cabang gitu. Kalau ingin ke Indralaya, Maya harus melewati Banyuasin-Palembang-Indralaya. Bagi saya Maya ini patut dijadikan panutan dalam menimba ilmu. Bayangkan saja, saya yang 20 menitan jalan kaki ke kampus sering disalip duluan oleh Maya. Saat saya membuka pintu, rasanya pengen nampar pipi. Lho Maya udah nangkring aja duduk di depan, batin saya.

Setiap harinya Maya harus ikut rebutan kursi Bis Kota atau Trans Musi atau Damri. Bis kota itu bis kaleng yang hampir tak memiliki riasan yang cantik dengan harga 10 ribu. Trans Musi itu bis yang dikontrak untuk PP Kampus Indralaya-Kampus Palembang dengan harga 8 ribu. Sedangkan, Damri itu bis provinsi Sumsel punya dengan harga 5 ribu.

Teman-teman saya yang lainnya juga tangguh tapi saying tidak bisa saya ceritakan satu persatu.

Kata beberapa orang senior saya dan Maya ini kembar, saya hany bisa tertawa mendengarkan ini. Kembar dari mananya coba, batin saya tertawa.

Satu hal yang mungkin membuat kami kembar, katanya kami punya raut wajah yang datar. Mungkin benar.

Maya juga sahabat pejuang organisasi saya. Betapa tidak, sebanyak apapun organisasi saya masih kalah banyak dengan organisasi Maya yang diikuti sewaktu kami Maba (Mahasiswa Baru). Aneh juga, saya merasa punya teman dalam mecicipi berbagai macam banyaknya organisasi mahasiswa.

Perlahan kami juga mengurangi organisasi yang benar-benar diikuti sesuai passion kami. Satu corak yang sama, kami senang mendesain. Maya di organisasi X sebagai pengurus bidang desain, saya di organisasi Y bidang desain. Kami kadang sering saling menyemangati, jangan lelah mendesain. Kerap kali saya memergoki Maya sedang mendesain di ruang kelas dengan lingkaran mata yang mulai menghitam. “May begadang yo? Kasian aku tu may nengok kau nih.” Saya bertanya kepada Maya apakah malam tadi ia bergadang. Iya, saya salut dengan Maya. Di rumah mengerjakan tugas, di bis mengerjakan tugas, di kampus mengerjakan amanah organisasinya.

Maya juga hobi menulis. Saya juga hobi menulis. Perbedaannya, tulisan Maya adem sedangkan tulisan saya receh agak garing juga sih. Seperti tulisan ini, sangking terlalu kebanyakan ide yang ingin saya tulis jadinya saya lebih memilih menulis tentang orang lain. Rasanya cukup receh membahas orang lain haha

Pernah suatu ketika Maya menuliskan sebuah tulisan dengan judul Bedah Puisi Cinta, saya kira akan membedah puisi cinta yang dulu pernah sering saya tulis di blog ini. Ternyata ini bukan sembarang puisi cinta. Adem banget bedah puisinya. Baca nih……PUISI CINTA.

Berbicara tentang cinta, kami pernah memiliki cerita yang hampir sama. Dan cerita tersebut diceritakan Maya sembari berjalan kaki bersama saya menuju kosan. Dia tidak pulang, mau menginap saja katanya. Ingat sekali saya, sewaktu jalan kaki berdua Maya menceritakan tentang kisah cintanya. Ups cukup saya dan Maya, serta Allah aja yang tahu hehe

Rasanya keyboard laptop saya mulai lelah apalagi jari tangan saya, tulisan ini sudah sangat panjang. Banyak kata yang bisa saya tuliskan tentang Maya, sayang kita harus berhenti menceritakannya pada paragraf terakhir ini. Bagaimana tiga menit bukan membacanya? Kalo lebih juga gapapa.
Lebih baru Lebih lama