Semangkuk Kolak

Daftar isi [Tampil]

Semilir angin pagi, lembut menyapa kulit. Matahari malu-malu keluar dari sangkarnya. Kala itu mamang pengembala gerobak sayur, berkeliling ria.

"Sayur, sayur, yursayurrr" Sebut mamang.

Mamang sapaan akrab di desaku. Artinya paman.

Ibu melongo ke luar jendela. Setengah mengintip mencari tau mamang yang mana berjualan sepagi ini. Diintipnya dari kejauhan. Sebagai seorang ibu harus pandai memilah tukang sayur untuk dijadikan tempat langganan. Jika tak punya uang, bisa berhutang dengan tak sungkan.

"Ada jual pisang, Mang Yot?" Tanya ibu sedikit menjerit.

"Ada, ada, pisang gadis, pisang kapas, pisang raja, pisang... eh tapi, kayaknya sisa pisang kapas." Jawab Mamang Yot tempat langganan ibu.

"Tiga sikat ya." Pinta ibu.

Ibu setiap harinya menjual kolak pisang. Bulan Ramadan menjadi bulan yang cukup laris bagi ibu. Harganya pun murah, cukup dengan lima ribu rupiah sudah bisa menikmati semangkuk berdua bersama pasangan.

"Enak ya kolak pisangnya." Cerita tetangga bersama suaminya.

Padahal di rumah, bapak sudah hampir bosan berbuka dengan kolak. "Untung sayang!" Hanya itu kalimat yang bisa bapak rapalkan ketika memakan kolak.

Tak hanya kolak pisang, kadang kala ibu juga membuat kolak ubi, kolak labu, dan kolak buah lainnya.

Ah aku rindu ibu. Ramadan kali ini hanya ada aku dan mas Bim serta semangkuk Kolak.

Bapak dan ibu sudah mendahului pergi bersama semangkuk kolak.


==========
Note: Lagi belajar bikin cerita fiksi :v
Maunya bikin flash fiction, tapi sayang belom mengerti gimana  caranya banting stir biat plot twist😂
Lebih baru Lebih lama