Kesalahan Umum Penulisan PUEBI yang Sering Terjadi, Termasuk Saya!

Daftar isi [Tampil]

Berawal dari perbincangan online via grup Whatsapp, muncul sebuah ide menulis.

Saat itu teman saya meminta saran terkait pamflet yang ingin di-publish di media. Pamflet struktur komunitas. Ada tulisan 'Motto', saya yang melihat lantas bertanya.
Motto atau Moto?"
Saya terangkan, bahwa kemarin sempat mencari tahu di KBBI bahwa yang benar adalah tulisan Moto bukan Motto. "Aku cek di KBBI yang benarnya moto, ini nah sebuah bukti." Saya sertakan hasil tangkapan layar ke grup.

Tidak menunggu waktu lama, pamflet revisi dikirim ulang oleh teman saya. "Mari kita terapkan tulisan moto yang benar (emot ketawa berguling ke samping)," balas saya atas kiriman revisi tersebut.
Membiasakan yang benar bukan membenarkan yang biasa hehe," timpal teman saya.
Saya sendiri sebenarnya seringkali acuh tak acuh terhadap kaidah penulisan, entah itu kata baku, struktur kalimat dan lain sebagainya. Apalagi sesi menulis curhat, wah itu banyak sekali bahasa gaul yang keluar. Kaidah penulisan yang benar, sedikit demi sedikit saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun sekadar membalas chat, setidaknya saya usahakan kaidah tulisannya benar.

Sebenarnya kalimat untuk berkomunikasi, tata bahasa itu tidak terlalu penting, yang terpenting adalah antara si sender dan receiver sama-sama mengerti maksudnya. Misalnya, penggunaan bahasa daerah. Kita tahu sendiri bahwa bahasa daerah itu bukanlah bahasa baku yang bisa dipergunakan secara nasional. Olehnya, tidak mengapa kita bersikap tak acuh bukan? Yaiyalah masa yaiyadong wkkwkk

Oiya, saya sempat berkunjung ke webnya Masahen, banyak menyajikan infomasi seputar dunia pendidikan dan literasi. Boleh banget untuk dikunjungi, penulis menggunakan bahasa yang ringan sehingga enak untuk dibaca serta tentunya ditulis dengan menerapkan kaidah berbahasa Indonesia yang baik.

Kembali lagi pada inti tulisan pada kali ini. Tulisan ini mungkin sedikit berat dan agak serius tapi penting untuk dibaca. Jika, teman-teman mulai merasakan gejala mual dan pusing harap segera tarik napas lalu bersyukur sejenak. Bersyukur masih bisa bernapas. Hayo Napas atau Nafas ? Ah sudahlah jangan terlalu diambil pusing ya hihihi

Tulisan ini menyadur dari sebuah diskusi online di grup Blogger 1M1C. Sudah berapa kali saya sentil 1M1C di postingan-postingan artikel saya yang sebelumnya, bahwa 1M1C atau kepanjangan dari 1 Minggu 1 Cerita merupakan sebuah wadah perkumpulan para blogger se-Indonesia yang bertekad untuk konsisten menulis minimal 1 minggu 1 cerita.

Di tengah merebaknya virus corona, 1M1C menggelar diskusi online terkait tema Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Seorang admin dari 1M1C mengisi materi tersebut tepat pada Rabu kemarin. Saya sendiri, duduk diam sambil menyantap gorengan materi yang disuguhkan.

Rasanya sayang sekali jikalau saya tidak membagikan ilmu yang saya peroleh kepada sobatkus sekalian seperti ada rasa mubazir macem nasi sisa kemarenlah

Topiknya sangat menarik, berfokus pada kesalahan umum yang seringkali blogger alami ketika menulis menurut PUEBI.

Jika sebelumnya kita mengenal EYD (Ejaan Yang Disempurnakan), maka saat ini mengalami perubahan menjadi PUEBI. Perubahan dari EYD ke PUEBI terjadi karena adanya perluasan ranah pemakaian bahasa. Ranah tersebut akibat dampak adanya kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan, dan seni.

Ada tiga hal yang ditambahkan ke PUEBI akibat perubahan tersebut. Diantaranya adalah:
1. Penambahan diftong "ei". Seperti pada kata survei.
2. Penggunaan huruf tebal untuk penegasan judul dan sub judul.
3. Penggunaan huruf kapital untuk penyebutan julukan. Contohnya, si Cerdik.


Baiklah, sedikit pengantar mengenai migrasi dari EYD ke PUEBI. Berikut ini beberapa kesalahan umum penulis blog.

Pemakaian "di" dan "ke"

Dua kata ini sering luput dari perhatian penulis blog, termasuk saya. Saya kadangkala tertukar pemakaian yang harus ditulis terpisah dan ditulis bersambung dengan kata di belakangnya. Jika diikuti oleh kata kerja, maka pemakaian "di" atau "ke" digabung, contoh: ditulis, kemakan. Namun, ketika diikuti oleh kata tempat maka pemakaiannya dipisah, contoh: di pasar, ke rumah.

Pemakaian partikel "pun"

Pada pemakaian partikel pun, dipisah dari kata yang mendahuluinya.
Contohnya: apa pun, siapa pun.
Tetapi, perlu diingat ketika partikel pun mengandung unsur kata penghubung atau konjungsi ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Meskipun sakit, dia tetap menunaikan ibadah.
Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
Adapun penyebab tertularnya virus corona itu belum diketahui.
Bagaimanapun menulis itu harus dimulai bukan ditunda-tunda.

Pemakaian bilangan dalam teks

Ketika bilangan dalam suatu teks dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, maka bilangan tersebut ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian.Misalnya:
Saya pergi ke pasar untuk membeli dua buah buku.
Dari 5 kucing-kucing saya, 2 adalah kucing persia, 1 kucing kampung, dan 2 sisanya kucing angora.

Ketika bilangan terdiri dua kata pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Misalnya: Tiga belas kain dijahit untuk pembuatan masker.

Jika ternyata bilangannya lebih dari dua kata, maka kalimat tersebut perlu diubah.
Misalnya:
"250 orang tewas dalam kecelakaan pesawat terbang di Malang." Kemudian, kalimat tersebut perlu diganti menjadi, “Kecelakaan pesawat terbang di Malang merenggut 250 korban jiwa”

Pemakaian kata "kami" dan "kita"

Pemakaian kata "kami" dan "kita" merupakan salah satu kesalahan umum yang kerap terjadi. Kedua kata tersebut sama-sama kata ganti orang pertama jamak, tapi berbeda dalam pemakaian.

Kata "kami" digunakan jika orang yang diajak bicara tidak termasuk di dalamnya. Sedangkan, kata "kita" digunakan jika orang yang diajak bicara termasuk di dalamnya.

Contoh: Ketika kami pergi ke luar rumah, banyak orang yang mulai membiasakan menggunakan masker.
Intinya, kami ini adalah saya (yang bicara), dia (orang lain), tapi kamu (lawan bicara) tidak termasuk.

Sudah saatnya kita mulai membiasakan menulis satu minggu satu cerita. Berarti yang mulai membiasakan menulis adalah saya, kamu (lawan bicara), dan mungkin dia (atau mereka).

Baiklah mungkin sekian yang dapat saya bagikan kepada sobatkus. Sebenarnya kesalahan umum ini tidak berkaitan dengan gaya bahasa kita dalam menulis di dalam blog. Mungkin, sobatkus ada yang lebih senang menulis dengan bahasa baku, ada yang senang menggunakan bahasa tidak baku, bahasa gaul, santai, dekat dengan bahasa sehari-hari. 

Bagaimanapun gaya tulisan sobat, sebaiknya kita mulai sedikit demi sedikit menerapkan kaidah berbahasa Indonesia yang baik dan benar ya😃

Semoga bermanfaat. Oiya ini kalau mau belajar lagi tentang PUEBI, KLIK DISINI.
Lebih baru Lebih lama