Daftar isi [Tampil]
Sisip-menyisip bukan persoalan remeh
Tilang-menilang bukan persoalan besar
"Jalanan ini milikku, silakan putar arah!" berucap lelaki kekar berbaju hitam.
"Baiklah dik, kita lanjutkan lagi." senyum manis itu telah melumpuhkan kesadaran gadis lugu yang merantau dari desa ke kota.
Di lain tempat, perseteruan hebat sedang terjadi. "Mas, aku cemburu masa kamu lebih sayang telepon hitam itu ketimbang aku yang bening ini!" Ujar perempuan yang menikah muda tersebut.
Telepon modern berwarna hitam itu sudah menyihir kekasihnya. Si hitam selalu dibawanya kemana pun ia berada. Membuka mata di pagi hari, si hitam yang ia cari. Menutup mata di malam hari, si hitam yang ia peluk. Perempuan mana yang tak cemburu, melihat sosok lain telah berhasil menggeserkan posisinya di hati sang pujaan hati.
Rumah tua yang tampak begitu ayem, tak luput dari goncangan perselingkuhan. "Nek dimana kakek?' tanya sang cucu.
"Kakekmu sedang bermesraan dengan buku, di kursi goyang depan TV." Jawab nenek sekenanya saja. Menjelang tua, mata si kakek masih tampak sehat. Buku-buku ia lahap habis. Halaman demi halaman menggeserkan memori tuanya. "Kaaakeekkk!!" Teriak si cucu dari kejauhan, kemudian mendekat ke arahnya.
"Lho, kamu siapa?" Tanda tanya itu menggantung, mulut menganga menanti jawaban.
Pict by: Unplash