Daftar isi [Tampil]
![]() |
Bahagia |
Beberapa hari yang lalu cukup bagi saya menormalkan diri. Menormalkan diri dari apa? Menuntut kebahagian. Saya sendiri kadang kebingungan mengenai arti kebahagian sesungguhnya. Bahkan sempat menilik arti bahagia menurut KBBI, katanya bahagia itu adalah keadaan atau perasaan senang dan tentram (bebas dari segala yang menyusahkan).
Saya sering bergumam dalam hati, bahwa menulis itu suatu kebahagian. Namun, terkadang beberapa waktu saya perlu jeda untuk sekadar beristirahat. Atau malah saya sempat merasa dikejar kala menulis menjadi deadline. Apakah segala hal yang berkaitan menulis bisa dikatakan bahagia? Saya bahagia, ketika menulis bukan sebuah paksaan. Menulis dari hati. Saya sering mengutuk dosen, jika tugas yang diberikan adalah meresume materi. Saya tidak suka menulis resume. Haha aneh bukan? Katanya menulis itu bahagia :)
Berbicara mengenai bahagia, saya teringat sebuah buku yang ditulis oleh seorang lulusan Psikologi UGM, Adjie Santosoputro, dalam bukunya Merawat Bahagia. Ada banyak petikan hikmah yang saya peroleh dari buku tersebut. Merasa tidak bahagia itu adalah persoalan pola pikir. Kata bang Adjie, ketika kita merasa tidak bahagia itu artinya pola pikir kita belum selaras.
Sebenarnya sejak kita dilahirkan, kita sudah ditakdirkan dengan bakat untuk berbahagia. Namun, terkadang pola pikir yang sesat lagi menenggelamkan yang membuat kita tidak bahagia. Dalam buku Merawat Bahagia, ada empat pola pikir yang dijabarkan oleh bang Adjie. Pola pikir tersebut tentunya sehat, waras dan bahagia. Apa saja? Ini nih:
- Siapapun orang yang dihadirkan dalam hidupmu, dia adalah orang yang tepat buat hadir dalam hidupmu.
- Apapun yang kamu alami sekarang adalah satu-satunya pilihan yang bisa kamu alami.
- Apapun yang terjadi, selalu terjadi pada waktu yang tepat.
- Apapun yang sudah berakhir, selalu berakhir pada waktu yang tepat.
Mungkin kamu pernah membaca postingan saya yang kemarin Edisi Curhat, nah itu lagi dalam fase tidak merasa bahagia. Saya merasa amanah itu sebagai beban hidup. Tentu beban hidup merupakan perasaan tidak bahagia, karena bertolak belakang dengan definisi bahagia yang tidak menyusahkan. Pola pikir saya masih salah, saya masih banyak menuntut ini dan itu. Padahal sebenarnya bahagia itu sederhana, kitalah yang harus menciptakannya. Salah satu pola pikir di atas yakni Apapun yang kamu alami sekarang adalah satu-satunya pilihan yang bisa kamu alami, bisa menjadi pola pikir yang waras bagi saya.
Bahagia itu ada di dalam kepala."
Pilihan tersebut mungkin banyak mengandung hikmah yang dapat saya petik, hanya saja sekarang tertutupi karena pola pikir yang salah. Saya masih terkurung pada pola pikir 'seharusnya' yang menuntut kebahagian. Seharusnya begini, seharusnya begitu. Hah Dasar bocah wkwk
Kata orang-orang bahagia itu sederhana. Kita saja yang banyak menuntut. Hem mengenai bahagia yang sederhana, saya teringat salah satu topik challenge 30 hari menulis selama Ramadhan oleh akun Instagram @healyourself.id yakni Simple Things Big Happiness.
![]() |
Topik ke 21 writing for healing Sumber IG: @healyourself.id |
Sebenarnya topik-topik di challenge ini menarik-menarik, saya baru lihat pada saat update ke 13-an. Jadi, tidak ikutan haha
Tetap saja saya kepo dengan topiknya, barangkali bisa menjadi ide untuk menulis. Salah satunya pada topik Day #21, ceritakan saja 21 hal sederhana yang bisa membuat kita merasa bahagia dan menyadari betapa bahagia itu sederhana. Iyup sederhana.
Saya ingin menuliskannya disini, setidaknya ketika saya sedang berada di posisi down bisa mengobatinya dengan membaca tulisan ini serta melakukan sesuatu yang sederhana itu. Sobatkus juga boleh mencoba cara ini, yuk gasken!
21 Hal Sederhana yang membuatku bahagia:
- Makan bareng keluarga. Kalau yang satu ini pernah saya ceritakan disini.
- Melihat senyum bapak atau emak. Atau senyum sang adik. Senyum kerabat sedulur. Senyum sahabat. Senyum teman seperjurusan. Senyum dosen. Senyum siapa saja, termasuk senyum kamu :)
- Pulang kampung!
- Dijajanin sama nenek.
- Ngerokkin nenek, ngurut nenek, ailopyu nenek wkwk
- Dapet wifi gratis. Yeay muka gratisan sih emang gini.
- Masak makanan dan makanannya habis! Ya sedih gitu kalo mubazir, ada sisanya :v
- Membaca buku atau menonton film tanpa di spoiler!
- Dapet hadiah duit recehan di dalam kerupuk harga seribuan.
- Bahagia ketika ada temen yang iseng nanya perihal menulis atau mendesain.
- Main sama kucing. Walaupun saya tau kucing suka ngigit, tapi tetap sayang kok sama kucing.
- Minum teh di pagi hari sambil lihat matahari terbit.
- Motoin senja. Anaks indie huhu
- Bahagia dapet telpon dari orang tersayang. Terus ditanya "Duit kemaren masih ada?"wkwkk
- Bahagia, tiba-tiba temen ngajak ke masjid. "Udah dhuha ki? yuk kuy ke mushola" atau ada temen kosan yang ngajak "Udah lama kita gak ke masjid, sholat berjamaah yuk kik ke masjid hari ini!" Wuarbiaza.
- Mendengar lantunan ayat suci dari anak kecil. Adem.
- Liat bapak abis wudhu, terus pakek kopiah, baju koko item, pakek kain sarung. Adem.
- Liat ciwi-ciwi pakai aksesoris warna ungu. Adem.
- Makai baju warna ungu. Demen.
- Makan tempe. Nikmat.
- Makan masakan emak. Sehat selalu ya mak :)
Banyak sih lagi, kadang suka bahagia juga kalo lagi scroll medsos ketemu postingan receh. Atau bahagia juga kalo makan bareng temen. Dapet hadiah atau memberi hadiah itu juga suatu kebahagian. Banyaklah ya, kadang kita saja kurang sadar bahwa sebenarnya untuk bahagia itu sederhana. Tergantung pola pikir yang memaknainya, karena bahagia ada di dalam kepala😄
Baiklah, tulisan kali ini tidak seserius tulisan tiga hari yang lalu. Teori, teori dan teori. Saya sejenak ingin menuliskan sesuatu yang ringan saja untuk hari ini. Kemarin banyak yang protes, eh gak juga sih kalo protes lebih tepatnya berkomentar kalo postingannya berat yah. Hehehe.