Daftar isi [Tampil]
Apa yang kamu lakukan pertama kali, ketika bangun pada hari yang bertepatan dengan tanggal dimana kamu dilahirkan? Bangun seperti biasanya, bukan? Menghirup udara? Alhamdulillah kita masih diberi kesempatan untuk bernapas dengan lega, kita masih diberi kesempatan pula untuk membenahi diri, masih diberi waktu untuk memupuk bekal akhirat.
Seram sekali. Saya teringat hari dimana mamak berusaha keras menahan sakit di rahimnya. Hari dimana pertaruhan nyawa menjadi sangat panas. Dan saya diam di dalam rahim tersebut. Antara lahir dan mati secara bersamaan hadir pada tanggal yang penuh memori, 23 Mei tahun 99.
Lambat saja saya keluar dari rahim yang hangat itu, mungkin tak akan ada blog ini. Orang dengan proses normal akan lahir dengan kepala terlebih dahulu, saya tidak. Sungsang kalau kata bu bidan, posisinya terbalik. Mungkin doa-doa orang tua saya yang menjadikan saya lahir ke dunia ini. Ada harap-harap cemas dari kedua nenek dan kedua kakek saya. Mungkin pula ada rapalan doa-doa dari mereka yang dikabulkan, berharap untuk dapat bertemu dengan cucu pertamanya.
Pagi ini, saya bangun di penghujung Bulan Ramadhan. Hari terakhir Ramadhan yang bertepatan dengan tanggal penuh memori itu. Lagi-lagi saya harus bersyukur untuk umur yang kedua puluh saya masih bisa bertemu Ramadhan. Setelah Maghrib, perpisahan antara saya dengan Ramadhan. Gema takbir berkumandang menyambut Hari Raya Idul Fitri. Gema di dada saya berkecamuk keras, "Ah sudah 21 tahun!"
Bulan Syawal sudah satu langkah diinjakkan. Masih banyak tapak demi tapak untuk kembali bertemu dengan Ramadhan.
Bersama tulisan yang ke-100 ini saya berpesan kepada saya (ya aku). Semoga kamu menjadi insan yang kuat meski diterjang badai sekalipun! Tetaplah menulis, mengabadikan kata di setiap kisah. Kalau kata kuskus, mengeong dengan karya.
Taqabbalallahu minnaa wa minkum.
Semoga Allah menerima amalan kita semua, Aamiin🍀
Mohon maaf jika pernah salah, terkadang kesalahan sering luput dari pantauan. Kepada Allah saya memohon ampun🙏