Daftar isi [Tampil]
Lingkaran Pertemanan.
Apa yang teman-teman pikirkan ketika saya menyebutkan lingkaran pertemanan?
Kita sepakat bahwa tidak mudah mencari teman yang satu pemikiran. Kita juga sepakat, bahwa manusia membutuhkan seorang teman. Baik teman sepermainan atau teman hidup. Teman sepermainan adalah teman yang bersamanya kita bisa merefreshkan otak, bahagia, tertawa lepas, melepas lelah yang ada. Teman hidup ? Hehehe lebih dari sekedar teman sepermainan. Teman hidup yang itu lho..
Disini fokus cerita akan membahas teman, dalam artian teman sepermainan satu lingkaran.
Satu lingkaran mengartikan bahwa kita satu pemikiran. Satu frekuensi. Satu jiwa.
Lingkaran-lingkaran akan banyak macam coraknya. Ada yang disatukan karena latar belakang harta (orang sederhana dan orang berkucupan), karena hobi, asal daerah, atau mantan yang sama. Eh, iya memang orang akan nyaman ketika ada yang sama. Walaupun banyak perbedaan pasti ada satu hal yang menjadi alasan kenapa terbentuknya lingkaran pertemanan.
Saya sendiri cukup pemilih dalam pertemanan. Saya lebih senang berteman dengan orang yang apa adanya. Orang yang sederhana seperti saya. Lahir dari keluarga yang sederhana. Hobi yang sederhana. Pun cerita-cerita yang sederhana.
Sebagian besar teman saya berasal dari keluarga yang bisa dikatakan sederhana. Kami dengan lepas bercerita mengenai kekurangan materi kami masing-masing. Ketika akhir bulan melanda, kami tak pernah malu untuk nyeletuk bercerita tentang krisisnya dompet. Ya, siapa tahu diantara kami bisa membantu.
Saya pernah tertawa lepas sekali waktu itu, ketika teman saya nyeletuk perihal "Tips kenyang di saat perut lapar".
Dia berkata.....
"Beguling-guling bae di lantai kik, tempelin perut tuh di keramik....
Pernyataan tersebut berarti, "Kamu berguling-guling saja di lantai kik, perutmu tempelin ke arah keramik". Katanya itu bisa membuat perut kenyang. Kenyang masuk angin!
Banyak momen-momen kami yang sederhana, hal itulah yang membuat kami bahagia. Ya, kami bahagia di tengah krisis money melanda.
Ada pula ketika kami sedang fokus berjalan untuk pulang selepas kuliah, teman saya nyeletuk lagi....
"Bejalan tu nunduk, kalu bae ado duet nyampak"
Artinya "Kalau berjalan itu menunduk saja, siapa tahu ada duit yang jatuh."
Dulu sebelum seleksi alam terjadi, saya banyak berkenalan dengan model-model pertemanan lainnya. Lagi-lagi saya merasa tidak cocok dengan teman yang hobinya keluar masuk mall, setiap waktu update kpop (ya walaupun saya nonton drakor) tapi tidak untuk mengelu-elukan boyband putih bening, ada pula yang hobinya berpacaran, dan lain-lain.
Kita secara sadar ataupun tidak pasti akan menyeleksi teman-teman yang akan masuk di dalam lingkaran pertemanan kita.
Saya sebenarnya sedih ketika ada postingan yang membangga-banggakan lingkaran pertemanannya, seperti "Lihatlah siapa orang-orang yang paling sering bersama kita. Teman menggambarkan diri kita. Bertemanlah dengan orang yang xxxx maka kamu juga xxxx".
Apalah daya kami ini orang-orang yang biasa, topik cerita biasa, bahagianya orang biasa.
Saya dan teman saya bisa dikatakan masih jauh dari jangkauan luas wawasannya, pun juga obrolannya. Persoalan agama, kami masih merangkak. Sedang yang lain sudah melesat jauh.
Apakah saya harus meninggalkan teman saya demi meninggikan kualitas diri dengan mencari teman baru yang lebih layak ? Tentu tidak. Selagi teman-teman saya mengalirkan energi positif, kenapa saya harus meninggalkannya.
Saya dan teman saya InsyaAllah ingin selalu berproses. Terserah jika orang ingin menilai saya dari lingkaran pertemanan saya, tho memang benar saya adalah orang biasa yang selalu ingin menjadi lebih baik dari sebelumnya :)
Tertanda,
Kuskus Pintar