Daftar isi [Tampil]
Ketika Eka Kurniawan bersama bukunya Cantik itu Luka, maka Reskia Ekasari bersama pemikirannya Cinta itu Luka.
Aku menyukai laki-laki, tapi aku lebih suka melihat mereka menangis karena cinta.
Seuntaian kata yang dipetik dari bukunya Eka Kurniawan bahwa Cantik Itu Luka. Sama seperti pemikiranku bahwa anggaplah Cantik itu Cinta, maka mereka akan luka karenanya.
Tak banyak yang bisa aku rangkai disini, bahwa yang pasti Cinta yang ku maksud adalah Cinta dari sudut pandang nafsu.
Sama seperti Cantik yang Eka tuliskan di dalamn bukunya, bahwa yang ku lihat ia mengambil sudut pandang nafsu. Bahkan Alvi Syahrin di dalam bukunya Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta juga menyinggung soal Cinta yang betopengkan nafsu.
Bagaimana jika....Jatuh cinta adalah sinonim indah dari hawa nafsu? sebut Alvi di bukunya.
Sudah dua penulis lelaki yang mengambil sudut pandang Cinta dari kacamata nafsu. Hei wanita, termasuk aku masih tertutupkah matamu untuk menjadi hamba cinta sesat ini?
Kenapa tulisan ini hadir begitu liar disini? Karena aku bosan dengan kata Cinta yang hadir menggema di telingaku dan menyilaukan mataku. Tidak hanya itu, tulisan ini sekedar melucuti setiap pemikiran yang dulu dan sekarang ini sering hinggap di hatiku yang sebetulnya tak berdosa.
Kata orang Cinta itu indah, ah bohong kataku. Kata orang Cinta itu membangkitkan gairah hidup, ah ntahlah pikirku.
Perkara cinta memang misteri, hadir begitu saja. Untungnya selama kurang lebih menjalani kisah remaja aku pandai membungkus rasa cinta. Namun, tetap saja ku benci rasa cinta yang tak bertuan. Ia sering hinggap bertengger, memusingkan kepala.
Sebagai seorang wanita, sungguh menyakitkan bukan? Ouh tidak ini pemikiran sesat, maaf yang ku maksud tidak serumit yang kau kira. Menjadi wanita dengan kepekaan yang tinggi itu sakit bukan? Anggaplah kalian setuju denganku. Tolong ingatkan aku jika ini salah. Pasti kalian pernah berpikir dan merasa "Wah dia ramah banget yah, setiap berpapasan aku selalu disapa dan diberi senyum manis, jangan-jangan dia suka aku deh..." Sering baper gini gak sih? Padahal jika kita ingin berpikir jernih tanpa embel-embel baperan, bisa saja memikirkan "Wajar dia senyum, senyumkan cara bersedekah yang paling sederhana".
Tapi, lagi-lagi karena cinta itu luka, kau berlarut-larut memikirkan keramahannya, teguran manisnya (ah gila pikirku). Kemudian, saat kau sedang jatuh cinta ntah kenapa otakmu (aku juga) dengan lancangnya menyetel tentang dia. Bayangannya seperti merekam di dalam kaset, dan otakmu seperti dvd yang memutarkan itu. Padahal kau tidak inginkan dia masuk ke pikiranmu, tapi dengan lancang hadir secara tiba-tiba. Ketika makan, rasanya di piring ada bayangannya. Ketika tidur, merebahkan diri melihat ke langit-langit kamar seperti ada dia yang menyodorkan senyum manis.
Inikah Cinta ? Aku bahkan merasa telah dilukai ketika sedang jatuh cinta, aku tak menginginkan itu hadir tapi ia lancang sekali menerobos pertahananku. Sekali lagi aku utarakan, bahwa Cinta itu luka. Inilah kenapa aku lebih senang berpura-pura tidak merasa peka, karena memang sejatinya wanita itu lebih peka dibanding pria. Ya walaupun demikian rasa kepekaan yang tinggi dari seorang wanita sangat berguna bagi kehidupan, tapi tidak tentang cinta (menurutku).
Tapi, ketika menurutku cinta adalah luka. Pasti akan ada masanya ketika aku mengungkapkan bahwa cinta adalah obat. Aku tidak tau kapan, mungkin ketika sudut pandangku bergeser 180 derajat.
Terima kasih telah membaca ceritaku tentang Cinta Itu luka.