Aku, Aku, dan Aku: Pepatah Jepang tentang 3 Wajah

Daftar isi [Tampil]
pepatah jepang tentang 3 wajah

Pepatah Jepang tentang 3 Wajah mengatakan, “The first face, you show to the world. The second face, you show to your close friends, and your family. The third face, you never show anyone. It’s  the truest reflection of who you are.”

Kadang kita terlalu mudah untuk menebak karakter seseorang dari peran yang ia mainkan. Contohnya saja seorang artis yang bermain peran antagonis. Kita seakan dengan mudahnya berkata, “Tampangnya judes, pemarah itu pasti cocoklah jadi orang jahat.”  Beberapa peran lainnya seperti ibu tiri, isteri simpanan, serta preman pasar mempunya garis muka yang khas sekali sehingga tak jarang di dunia nyata mereka banyak dicaci oleh fans dari pemeran protagonis.

Hey apakah garis muka yang ‘katanya’ judes itu memang merepresentasikan karakternya yang judes? Tentu tidak.

Saya punya seorang teman karib dari bangku SMP, nama panggilannya Atun. Semasa kuliah kami berbeda perguruan tinggi tempat mengabdikan diri. Atun yang berusaha mencari teman akrab di kuliah merasa kesusahan. Banyak di antara mereka beranggapan bahwa sobat saya tersebut sombong. “Kik kenapa ya orang-orang bilang aku nih sombong.  Padahal cuman diem bae…”  Sedikit cuplikan curhat Atun kepada saya. Memang jika saya belum mengenal Atun, karakter wajah yang ia tampilkan seperti orang cuek yang agak sombong (belagu). Padahal ketika saya mengenal lebih jauh banyak karakter hangat yang saya peroleh darinya yang jauh dari kata sombong. Nah, perlu banget tau tentang 3 wajah manusia menurut pepatah Jepang agar kita tidak salah mengira lagi.

Ketika kita baru bertemu dengan orang lain, sering kita terjebak dengan paras wajahnya bukan? Lantas kita akan meng-scan tampilan wajah yang ada di hadapan kita, kemudian dengan mudahnya kita menebak-nebak karakter dan menarik kesimpulan di dalam benak kita yang ‘sok kenal’. Sepertinya kita harus pasang alarm 3 centi di depan mata kita, ingat selalu kalimat ini:

“Don’t judge a book by its cover.”

Pernah enggak sih mikir tentang public figure yang tampil di layar kaca seakan selalu tampil memukau? Misalnya motivator pasti menampilkan perwujudan yang sungguh inspiratih. Lalu ada komikus yang menampilkan perwujudan yang lawak bin gokil. Dan orang-orang memukau lainnya yang hadir di televisi atau enggak usah jauh-jauh deh misalnya aktivis kampus yang kamu kenal (karena saya masih kuliah ngambil contoh ini aja).

Mereka yang kerap tampil memukau tak elaknya sering dikatakan sebagai upaya pencitraan. Apalagi di media sosial, dunia yang katanya penuh dengan pencitraan. Padahal jika kita berpikir lebih positif, maka kita akan berpikir bahwa apa yang ia tunjukan di layar kaca adalah mungkin sisi atau karakter yang ingin ia tunjukkan pada publik.

Nah, berdasarkan pepatah Jepang tentang 3 wajah yang saya sebutkan di awal paragraf tadi maka memang manusia memiliki tiga macam wajah.
Adapun 3 wajah manusia tersebut adalah sebagai berikut.

Wajah Pertama, Wajah yang Kita Tunjukan Kepada Dunia.
Manusia memiliki 3 wajah, wajah pertama adalah wajah yang ingin kita tunjukan kepada dunia
Wajah inilah yang biasanya tunjukan oleh seseorang kepada publik. Wajah yang kerap katanya penuh pencitraan. Sadar atau tidak sadar, kita semua melakukan yang namanya pencitraan. Pasti kita tidak ingin menunjukan beberapa karakter ‘nyeleneh’ kepada publik, misalnya seseorang yang dikenal sebagai motivator ternyata kerap menangis seorang diri tentang rapuhnya ia. Padahal di luar sana ia selalu mengeluarkan kata-kata yang bijak. Atau pelawak yang katanya selalu dapat menghibur orang lain tapi ternyata ia sendiri butuh untuk dihibur.

Percayalah, wajah yang kita tampilkan kepada dunia adalah wajah terbaik yang ingin kita tunjukan. Koruptor saja sebelum ia ditangkap akan menampilkan wajahnya sebaik mungkin, bukan? Bahkan ketika sudah ditangkap pun masih bisa berdada-dada sambil tersenyum. Hahaha dunia ini kejam, baik buruk sulit untuk dibedakan.

Wajah yang ditunjukan kepada dunia ini berlaku bagi semua profesi/branding diri seseorang. Kamu mau dikenal sebagai apa, maka biasanya ia akan menunjukkan sisi yang ingin dikenal oleh orang lain.

Seorang blogger juga punya karakternya masing-masing yang ingin ia tampilkan kepada dunia. Teman-teman bisa mengenali lebih dekat sahabat blogger kita melalui ajang penganugrahan Liebster Award. Liebster Award ini semacam pemberian award kepada teman blogger yang kita kenal, tentu untuk menjawab award ini terlebih dahulu kita memperkenalkan diri kita kepada orang-orang. Nah, upaya memperkenalkan diri secara jujur tersebutlah yang menjadi karakter yang ingin kita tunjukkan kepada dunia.
Jadi, kamu mau dikenal sebagai apa? Apakah wajah pertama menurut pepatah Jepang ini benar? Hayo ngaku hehe.

Wajah Kedua, Wajah yang Kita Tunjukan Kepada Teman Dekat dan Keluarga.
Kemudian, wajah kedua menurut pepatah jepang adalah wajah yang ingin kita tunjukan kepada teman dekat dan keluarga.
Pernah suatu ketika teman sekamar kos saya bertanya, “Apa sih kik hal sederhana yang membuatmu bahagia?” Saya sejenak memikirkan jawaban atas pertanyaan tersebut. Belumlah saya menjawab, teman saya sudah menjawab sendiri pertanyaannya untuk dirinya.

“Kalo aku kik, bahagia banget semisal mendapatkan stories dengan lingkaran ijo di instagram.” 

Ouh itu yang sering disebut ‘Close friends’ lingkaran hijau pada snapgram.

Close Friends atau teman dekat adalah orang-orang yang kita percayai dapat menerima kita apa adanya. Wajah yang kedua inilah yang sering kita tunjukan kepada teman dekat dan keluarga.

Saya sendiri juga merasa bahwa wajah (karakter) yang saya tampilkan kepada dunia tentu berbeda dengan wajah yang ditampilkan kepada orang-orang terdekat. Sering orang menyebutkan, “Kalo belum kenal jaim, udah kenal deket malu-maluin.”

Biasanya kalau orang-orang yang belum kenal dekat dengan saya pasti mengiranya saya orangnya kalem-kalem gitu, baiklah pokoknya macam princess. Aslinya ya rada pecicilan, gak jelas, rada lemot mikir, jahil juga dan masih banyak lagi hahaha

Level jahil saya masih sedang sih, saya pernah hampir membuat teman saya jantungan karena tingkah saya yang rada absurd. Waktu itu saya masih berstatus anak SMA yang tinggal di sebuah asrama sekolah. Setiap salat Maghrib, Isya dan Subuh pasti absen. Waktu itu habis selesai absen salat Isya saya duluan pulang ke asrama dengan mendahului beberapa orang di depan saya.

Dengan mukenah putih saya menyatu dengan kasur si sobat saya Ica. Kemudian, dia pulang dan ‘BAAA’ saya bangkit tiba-tiba dan mengejutkannya. Biasa aja sih sebenarnya, cuman karena si doi agak penakut jadi pastinya ia sangat kesal. Atau sering tiba-tiba saya bertingkah layaknya pemeran anak jalanan atau hal lainnya. Ah udahlah ntar ketahuan anehnya saya huh.

Wajah kedua inilah yang kerap mengandung unsur kegilaan hingga beberapa menyebutkan ‘Urat Malunya Udah Putus’ dalam artian kita sudah saling nyaman satu sama lain hingga tidak segan menampilkan sisi kita yang apa adanya.

Wajah Ketiga, Wajah Saat Kita Sendiri.
Manusia memiliki 3 wajah, setelah wajah yang ingin kita tampilkan kepada dunia dan wajah yang ingin ditampilkan ke close friends, maka wajah yang ketiga ini adalah wajah saat kita sendiri.
Dirimu yang sebenarnya adalah apa yang kamu lakukan disaat tiada orang lain melihatmu. -Ali bin Abi Thalib

Layaknya sebuah rahasia, tentu disebut rahasia ketika tidak diketahui oleh orang lain alias disembunyikan. Bukan rahasia jikalau kita menceritakannya kepada orang lain, itu menjadi bahan obrolan biasa atau hanya menjadi sebuah kesepakatan dua pihak saja. “Janji ya jangan kasih tau ke siapa-siapa.” Itu mah bukan rahasia lagi, tapi perjanjian.

Wajah ketiga ini adalah wajah yang hanya ditampilkan saat kita sendiri. Sebagaimana disebutkan oleh Ali bin Abi Thalib, bahwa ketika kita sedang sendirian itulah wajah asli kita. Entah wajah yang tenggelam dalam sujud yang paling khusyuk atau wajah yang tenggelam dalam nafsu makhluk durjana? Lagi-lagi saat sepi menghampiri diri ingatlah ada Sang Maha Melihat. Lagi-lagi tulisan ini juga menjadi alarm bagi saya pribadi.

Wajah mana yang ingin kamu tampilkan kembali pada diri kita masing-masing. Jadi, sekali lagi bagaimana menurut kamu, apakah pepatah Jepang tentang 3 wajah ini benar?

Wallahualam.

Terima kasih sudah membaca artikel Aku, Aku, dan Aku: Pepatah Jepang tentang 3 Wajah.
Lebih baru Lebih lama