Tiga Random Puisi dalam Buku “Merayakan Kehilangan” Karya Brian Khrisna

Daftar isi [Tampil]


Tahun kemarin gue pernah beli buku karyanya Mas Brian ini. Gue kira novel, eh ternyata puisi dong. Tapi, gapapa sih ya berhubung gue lagi merasa hilang huhuhu.

Postingan kali ini berisi tiga puisi random yang dipilih secara acak. Dan ga tau kenapa, isinya pada sesuai dengan rasa ini :’)
Pasti lo penasarankan?
Mari simak…
Oiya sorry ya rada sok gaul intronya pakek bahasa lo-gue, bcause kita terlalu jauh untuk saling panggil aku-kamu :)

Selamat Membaca


Puisi Pertama

Dekat, saling cinta, tapi tidak saling memberitahu itu menyakitkan.
Dekat, saling cinta, tapi tidak bersatu itu jauh lebih menyakitkan.

Ini puisi tanpa judul, jatuhnya sih kayak ungkapanlah yah. Kutipan Mas Brian!

Puisi Kedua

Nah ini baru ada judulnya

Lepaskanlah

Bagaimana dunia mampu membantumu melepaskannya jika kau sendiri enggan melepaskan kenangan-kenangan di kepala?
Jika kau mau merendahkan kepalamu sedikit saja, kau akan meliihat banyak orang di luar sana yang menginginkan untuk bisa hidup di sampingmu.
Maka bantulah mereka, sebagaimana kamu ingin dibantu.
Kau akan menemukan orang yang sebaik masa lalumu, semanis masa lalumu, dan senyaman masa lalumu.
Aku janji.
Asalkan kau mau mengizinkan orang baru itu untuk mencobanya.
Bagaimana mungkin orang itu bisa menjadi spesial jika ia tengah mencoba, kau membunuh usahanya dengan cara masih enggan melepaskan kenangan-kenangan masa lalu di kepala?
Bantulah ia yang baru untuk menjadi seseorangmu, dengan cara kau tidak melulu memikirkan masa lalu.

Puisi Ketiga

Restart

Yang paling menyakitkan dari sebuah perpisahaan adalah bukan bagaimana kau pergi meninggalkanku ketika aku sedang cinta-cintanya.
Tapi ketika muncul hentakan-hentakan kecil di kepala yang meletup-letup dengan sangat menyiksa.
Seakan ada yang terus menghantui hariku semenjak kau memilih untuk pergi.
Aku bangun di pagi hari, dan melihat taka da lagi satu pun pesan dengan namamu di sana.
Tak ada lagi notifikasi-notifikasi yang membuat pagiku sering diselingi senyum-senyum sendiri.
Kau tahu bagaimana rasanya seperti itu? Setiap aku memejam, kau dengan sialnya hadir sambil membawa sejuta kenangan bahagia.
Dan ketika aku memilih membuka mata, aku dimakan oleh kenyataan karena dipaksa sadar bahwa sekarang kau tak lagi ada!
Ini seperti harus mengulang dan mengulang kembali semuanya dari awal.
Dari merangkak lagi.
Dari meniup-niup luka yang baru lagi.
Dan aku benar-benar tidak tahu harus di titik mana aku memulai semuanya dari awal lagi!

Sekian, puisinya.
Lebih baru Lebih lama